Mencederai
Keyakinan Sendiri[1]
(Hal-04) Betapa
perlu kita akan yakin. Untuk segala urusan. Sebagian keyakinan itu dibangun
diatas kalkulasi realitas, hitungan matematis, dan rumus-rumus. Seperti
urusan-urusan teknis di dalam hidup. sebagian lagi dibangun di atas
kepercayaan. Ini berkaitan dengan apa-apa yang di luar jangkauan kemanusiaan
kita. Bahwa ada Yang Maha Kuat di atas segala yang kuat.
Tapi sebesar itu kebutuhan kita akan yakin,
seringkali sebesar itu pula kita menciderainya. Itu tidak saja pada dimensi
kepercayaan. Tapi kadang juga pada soal teknisnya. Seperti verifikasi partai
peserta pemilu, saling protes datang dari berbagai pihak. Ada yang menuding
seharusnya lolos tetapi tidak diloloskan. Atau yang marah keras seharusnya
lolos tapi tak diloloskan. Itu semua semestinya urusan data administrasi dan
pembuktian faktual. Tidak lebih dan tidak kurang. Tetapi yang terjadi
seringkali adalah mengaburkan hal-hal yang terang. Itu menciderai salah satu
pilar keyakinan.
Betapa perlu kita akan keyakinan. Untuk
segala urusan. Tetapi tidak juga lantas kita bebas mengaduk-aduk antara iman
dan akal sehat. Sebab itu tidak saja mencederai keyakinan. Tetapi juga
melahirkan kerancuan cara pandang, bila akhirnya yang kita yakini secara salah
itu berantakan.
Itulah yang kita saksikan dari ruwatan mobil
seorang menteri. Dengan sangat lengkap semua dimensi kepercayaan di jalani,
untuk menguatkan keyakinan itu. Bila akhirnya mobil itu hancur, seketika semua
dimensi kepercayaan yang telah dilakoni. Setidaknya, tidak ada sedikitpun
penjelasan, bagaimana dimensi kepercayaan memandang kecelakaan tersebut.
Akhirnya soal teknis juga yang disalahkan.
Bila anak seorang pejabat penting melakukan
kesalahan, apalagi menyebabkan kematian orang lain, maka diperlukan keyakinan
kuat untuk melakukan proses hukumnya. Tentu, urusannya dikembalikan ke
fakta-fakta hukum. Dan, di situ pula ujian keyakinan itu. Sebab setiap fakta,
bisa dimaknai dengan apa tafsir hukum atas fakta itu.
Betapa kita perlu keyakinan. Dalam bentuknya
yang sangat kuat dan benar, itu bisa memberikan energi yang sangat besar.
Nyaris tak terbayangkan, kadang. Begitulah seorang perempuan kecil di
Palestina, Ahed Tamimi, ditemani beberapa anak seusianya, dengan berani
mengintimidasi tentara Israel, lalu meneriakkan kata-kata keras, memprotes dan
kadang menendang. Itu ia lakukan lantaran saudara laki-lakinya ditangkap
tentara Israel.
Tindakannya menggugah banyak pihak. Perdana
Menteri Turki, Erdogan, secara khusus mengundangnya. Di sana pula, anak itu
disemati penghargaan, Handala Courage Award, sekaligus menjadi salah satu
simbol perlawanan atas penjajahan Israel.
Betapa kita perlu keyakinan. Untuk segala
urusan. Masalahnya, sebesar apa kebutuhan kita akan keyakinan, seringkali
sebesar itu pula kita mencederainya. ***