Disiplin
Eksakta dan Sosial Kita[1]
(Hal-04) Di dunia
sosial ada kelenturan. Di dunia eksakta ada kepastian. Keduanya punya peran
untuk menopang kehidupan. Maka keduanya saling melengkapi dan saling
menguatkan.
Dunia eksakta memerlukan disiplin takaran, konsistensi
skala, dan tentu saja kesungguhan. Sebab semua berada dalam logika hukum alam
yang telah dipatrikan Allah bersama struktur penciptaan alam itu, beserta
segala isi dan turunannya. Tentu ada ruang mukjizat yang berjalan di luar akal.
Tapi itu tak bisa disentuh oleh kapasitas manusiawi kita. Dunia sosial
menghajatkan penalaran juga keteguhan. Asumsi-asumsi tafsir, tapi juga
kesimpulan-kesimpulan. Duplikasi-duplikasi, tapi juga pembaruan.
Jembatan runtuh adalah fenomena eksakta. Tetapi
pendorongnya kecuali karena bencana alam adalah perilaku sosial. Seperti
kecerobohan, pembiaran, dan tentu saja standarisasi yang mungkin saja tak
dipenuhi. Pada akhirnya ilmu apapun yang kita kuasai, pengetahuan ahli apapun
yang kita miliki, sangat bergantung pada perilaku dan mentalitas kita.
Setelah satu jembatan runtuh di Kalimantan,
satu lagi runtuh di Jawa timur. Lalu kita segera mengaudit jembatan-jembatan
lain yang masih ada. Audit eksakta meskipun perlu kerja keras dan menyita
waktu, pasti lebih mudah dari audit sosial.
Begitulah dalam banyak kejadian, kita semakin
maju secara eksakta, tapi seringkali semakin mundur secara sosial. Kemunduran
perilaku sosial, ketika dipraktikkan pada kerja-kerja eksakta, pasti akan
melahirkan berbagai bencana. Itu mengerikan. Sebab tak jarang memakan banyak
korban.
Produk makanan olahan kita punya standar
eksaktanya. Tapi banyak diintervensi oleh perilaku pedagang yang buruk. Maka
banyak dari kita yang memakan pewarna kain, pengawet mayat, atau daging daur
ulang sampah. Minuman kita punya standar eksakta. Tapi banyak dari kita yang
minum air tanah dan es batu yang bahan bakunya dari air sungai yang penuh
e-coli.
Jalan raya kita punya standar eksakta. Tapi
banyak dicederai oleh perilaku sosial buruk pemborongnya. Standarisasi dilanggar
demi untung besar dan setoran politik yang mengintimidasi. Mengendarai mobil
dan motor diatasnya memiliki standar eksakta. Tapi banyak dari kita yang
mengemudi dengan kacau.
Di laut ada standar eksakta untuk segala
pelayaran. Tapi banyak diciderai oleh sikap sosial yang rusak: penggampangan.
Maka penumpangnya sangat berlebih. Sarana keselamatan minim. Dan alat-alat
pendukung lain banyak tak berfungsi. Di udara ada standar eksakta untuk segala
penerbangan. Detil, rinci dan kompleks. Mengabaikan itu semua adalah
kebodohan.*
Dunia eksakta punya area toleransi. Tapi
pasti tidak banyak. Dunia sosial memang kaya dengan toleransi. Adapun ilmu dan
keahlian kita, akan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan mentalitas kita. Pada
akhirnya, kita memerlukan disiplin eksakta dan sosial yang sama baiknya.*

Tidak ada komentar:
Posting Komentar