Rabu, 02 September 2020

Rahasia Itu Beban

Rahasia Itu Beban[1] 

(Hal-06) Tak mudah memegang rahasia orang. Bisa jadi itu beban. Bukan pada cara dan sarana apa yang bisa kita gunakan untuk menyimpannya. Tapi pada mentalitas dan perangai kita dalam menyikapinya. Sebab dalam kadar tertentu, rahasia-rahasia tentang orang lain yang kita bisa menyuntikkan suasana kompulsif ke dalam perasaan dan pikiran kita. Itu berbahaya. Hanya karena memegang rahasia pihak lain, orang memang bisa berulah: merusak karakter, menebar ancaman kekerasan, hingga melakukan pemerasan.



Kini, di era teknologi yang serba canggih, orang bisa mendapatkan rahasia orang lain bahkan dengan jalan rahasia. Bukan karena orang lain itu membagi rahasianya secara sukarela. Rahasia kini bisa didapat dengan mencuri akun, atau membobol identitas. Ada juga rahasia yang dengan sangat istimewa bisa didapatkan oleh sebagian aparat, seperti mereka yang ditakdirkan duduk di KPK.

Di Negara maju sekalipun, seperti Amerika, penyadapan, sebagai salah satu sarana memperoleh informasi rahasia, diatur ketat dengan undang-undang yang sangat detil dan jauh dari pasal-pasal karet. Di ranah hokum, penyadapan juga hanya untuk memperkaya kasus, dan bukan sebagai bukti awal di persidangan. Di sana, penyadapan hanya bisa dilakukan dengan persetujuan pengadilan. Itu sebabnya, Rancangan Undang-Undang Intelijen dan Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional yang diajukan pemerintah kita, dikritisi keras banyak pihak. Tidak semata soal pencarian rahasia melalui berbagai cara yang tidak detil, atau keanehan tentang diperbolehkannya intelijen melakukan penangkapan. Juga karena definisi keamanan Negara justru lebih diarahkan pada memosisikan rakyat sendiri sebagai musuh. Sementara musuh sesungguhnya, para pihak asing yang mencuri besar-besaran sumber daya alam kita, secara sembunyi-sembunyi, maupun dengan kontrak karya yang aneh, justru tidak dengan tegas dijadikan musuh keamanan Negara.

Memegang rahasia itu tidak ringan. Di industry media, dunia baru saja diguncang skandal penyadapan yang dilakukan tabloid Inggris, News of The world. Para pewarta di tabloid itu memburu informasi rahasia dengan cara menyongok polisi, menjebol kotak suara telepon milik ratusan selebriti, politisi, bahkan para korban pembunuhan. Setelah terbit selama 168 tahun, tabloid di bawah jaringan raksasa media milik Rupert Murdoch itu tidak terbit lagi dan harus mengakhiri hidupnya dengan berbagai tuntutan hokum. Banyak pihak terseret. Beberapa telah ditangkap. Termasuk mantan juru bicara Perdana Menteri Inggris.

Memegang rahasia itu beban. Apalagi bila rahasia itu terlalu banyak dan sensitive. Bahkan para konsultan pribadi, konsultan kesehatan, konsultan kejiwaaan, atau para ustadz sekalipun yang menerima konsultasi hubungan suami istri, tidak semuanya punya daya tahan. Sebab itu semua ada zat-zat candunya.

Memegang rahasia itu tidak gampang. Semua kita adalah makhluk subyektif. Karenanya, memegang rahasia orang sangat bisa menggelincirkan.*

 



[1] Majalah Tarbawi, Edisi 258 Th.13, Syawal 1432, 22 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar