Rabu, 02 September 2020

Sukhoi dan Harapan Baru

Sukhoi dan Harapan Baru[1] 

(Hal-06) Sukhoi jatuh di tengah harapan. Para pengusaha yang hendak atau telah membeli pesawat baru itu pasti punya kesadaran, bahwa Indonesia memerlukan keterhubungan yang terus menjangkau. Sangat banyak kawasan di negeri kita tercinta yang membutuhkan penerbangan pembuka. Di tengah keterbatasan pemerintah dalam memudahkan mobilitas rakyat, para pihak swasta adalah harapan lain. Begitu pula mereka yang turut menyuarakan spirit itu, dengan ikut serta terbang, dengan maksud sesudah itu akan turut menebar harapan.



Dibandingkan pesawat buatan Amerika atau buatan konsorsium Eropa yang lebih mahal, Sukhoi adalah terobosan. Apalagi secara teknologi pun menurut para ahli, pesawat itu cukup canggih. Begitu juga bagi Negara-negara yang memerlukan jalur-jalur perintis, dengan jarak tempuh menengah, sukhoi adalah harapan.

Bagi Rusia sendiri Sukhoi adalah harapan yang lain. Dengan pesawat super jet ini Rusia ingin membangun reputasi baru di dunia penerbangan. Bahkan itu merupakan pesawat untuk penrbangan sipil pertama yang dibuat setelah runtuhnya Uni Soviet. Beragam sertifikasi telah diperoleh. Berbagai pasar baru pun terus diberikan penawaran.

Era baru mengubah dominasi. Perlahan namun pasti. Harapan terus menyebar di banyak kawasan. Dunia tidak melulu Amerika. Eropa sendiri masih berkutat dengan gejolak hebat di sector keuangan. Terlebih setelah pemilihan presiden Perancis yang baru. Hasil pemilu Yunani juga rumit. Lantaran tak ada yang menang mayoritas, pembentukan pemrintahan koalisi pun carut marut.

Di Amerika Latin, juga bermunculan harapan baru. Brazil mulai menjadi pemain penting di dunia penerbangan. Produk andalannya, pesawat jet Embraer, terus berkibar. Itu menjadi pesawat yang cukup laris dan di minati. Khususnya di Negara-negara berkembang. Salah satu maskapai di Indonesia telah memesan tak kurang dari 20 Embraer.

Kadang di sela harapan besar ada bergumpal duka. Datang tiba-tiba. Saat sebagian kita kehilangan orang-orang tercinta. Kematian adalah rahasia. Itu terasa cepat bukan karena mereka mendahului waktunya. Tapi kematian dalam tragedy selalu melipatgandakan segalanya. Mengaduk segala rasa, antara sesal, harap, pedih, dan pasrah.

Sukhoi jatuh di tengah harapan. Para pengusaha yang berminat dengan pesawat itu pasti meyakini, bahwa Indonesia memerlukan harapan baru dalam ketersambungan. Maka mereka yang pergi dalam kecelakaan itu setidaknya turut menyambung harapan itu. Bahwa dunia tidak seharusnya dicengkram dominasi segelintir negara. Semua tengah bangkit. Tidak semata di sektor penerbangan. Perlahan namun signifikan. Menyongsong harapan baru.*

 



[1] Majalah Tarbawi, Edisi 276 Th.13, Rajab 1433, 31 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar