Kamis, 03 September 2020

Ada Banyak Hari Kita Peringati

Ada Banyak Hari Kita Peringati[1] 

(Hal-04) Ada banyak hari yang kita peringati. Sebagiannya pengingat akan prestasi. Yang lainnya penyadar atas tragedi. Bahkan hidup dan mati selalu layak untuk diingat. Sebab di sana ada tawa dan tangis. Namun apa yang diperingati dari hari anti narkoba sedunia tidak sekadar pilu korban di tengah gelegak Bandar narkoba. Tapi ironi tentang penembuhan luka-luka akut di tengah keterbatasan kemampuan perang melawan kartel.



Hari anti narkoba diperingati di bulan Juni. Lalu hari ulang tahun kepolisian di negeri kita diperingati setiap awal Juli. Datang berkelindan. Rasanya seperti itu pula narkoba dan kepolisian saling susul dalam pengejaran dan segala upaya penindakan. Lalu datang Agustus, di mana diperingati hari Remaja Internasional. Di Agustus itu kita juga memperingati peristiwa besar kemerdekaan. Ini siklus tiga bulan istimewa ang bila kita baca ketersambungannya dalam realitas masa kini, akan membuat hati kita menangis. Kita memperingati kemerdekaan, di tengah perang aparat melawan narkoba yang kian menggila di pasar utama para remaja.

Indonesia bahkan telah bertumbuh secara menyakitkan dari negara transit narkoba, menjadi negara pasar. Lalu kini menjadi negara produsen. Dari sana subur industri premanisme bengis, yang membunuh tanpa bersembunyi, menyebar takut tanpa takut, menistakan rasa aman yang dinaungi hukum yang mengamankan. Naifnya lagi, pengorganisasian jaringan distribusinya banyak dikendalikan dari dalam penjara. Orang yang seharusnya menjalani hukuman dengan kekang fisik maupun akses, justru secara digdaya bisa mengatur bisnis triliunan rupiah itu.

Sebagian dari jatuhnya hari di peringatan itu memang ulang tahun kelahiran. Yang lain dikreasi oleh momentum dan kesepakatan. Itu sejarah yang telah tercipta. Tetapi di tengah tantangan kejahatan yang semakin canggih, terkelola, maupun kejahatan yang mengeksploitasi kecanduan, peringatan hari-hari itu seharusnya melecut penuh kerja semua pihak untuk semakin gigih.

Secara kebetulan pula kita umat Islam, di Agustus ini datang bulan kita yang istimewa, Ramadhan nan mulia. Itulah adalah energi turbo untuk semua pertarungan melawan bandit. Tapi bahkan untuk sebagian orang, Ramadhan bisa saja sekadar hari-hari peringatan. Tanpa serapan ketundukan, apalagi berlimpah amalan.

Ada banyak hari yang kita peringati. Sebagiannya pengingat akan prestasi. Yang lain penyadar akan tragedi. Tapi bisa juga itu semua hanya sebuah ironi.*

 



[1] Majalah Tarbawi, Edisi 279 Th.14, Ramadhan 1433, 26 Juli  2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar