Ada Banyak
Hari Kita Peringati[1]
(Hal-04) Ada banyak
hari yang kita peringati. Sebagiannya pengingat akan prestasi. Yang lainnya
penyadar atas tragedi. Bahkan hidup dan mati selalu layak untuk diingat. Sebab
di sana ada tawa dan tangis. Namun apa yang diperingati dari hari anti narkoba
sedunia tidak sekadar pilu korban di tengah gelegak Bandar narkoba. Tapi ironi
tentang penembuhan luka-luka akut di tengah keterbatasan kemampuan perang
melawan kartel.
Hari anti narkoba diperingati di bulan Juni. Lalu
hari ulang tahun kepolisian di negeri kita diperingati setiap awal Juli. Datang
berkelindan. Rasanya seperti itu pula narkoba dan kepolisian saling susul dalam
pengejaran dan segala upaya penindakan. Lalu datang Agustus, di mana
diperingati hari Remaja Internasional. Di Agustus itu kita juga memperingati
peristiwa besar kemerdekaan. Ini siklus tiga bulan istimewa ang bila kita baca
ketersambungannya dalam realitas masa kini, akan membuat hati kita menangis.
Kita memperingati kemerdekaan, di tengah perang aparat melawan narkoba yang
kian menggila di pasar utama para remaja.
Indonesia bahkan telah bertumbuh secara
menyakitkan dari negara transit narkoba, menjadi negara pasar. Lalu kini
menjadi negara produsen. Dari sana subur industri premanisme bengis, yang
membunuh tanpa bersembunyi, menyebar takut tanpa takut, menistakan rasa aman
yang dinaungi hukum yang mengamankan. Naifnya lagi, pengorganisasian jaringan
distribusinya banyak dikendalikan dari dalam penjara. Orang yang seharusnya
menjalani hukuman dengan kekang fisik maupun akses, justru secara digdaya bisa
mengatur bisnis triliunan rupiah itu.
Sebagian dari jatuhnya hari di peringatan itu
memang ulang tahun kelahiran. Yang lain dikreasi oleh momentum dan kesepakatan.
Itu sejarah yang telah tercipta. Tetapi di tengah tantangan kejahatan yang
semakin canggih, terkelola, maupun kejahatan yang mengeksploitasi kecanduan,
peringatan hari-hari itu seharusnya melecut penuh kerja semua pihak untuk
semakin gigih.
Secara kebetulan pula kita umat Islam, di
Agustus ini datang bulan kita yang istimewa, Ramadhan nan mulia. Itulah adalah energi
turbo untuk semua pertarungan melawan bandit. Tapi bahkan untuk sebagian orang,
Ramadhan bisa saja sekadar hari-hari peringatan. Tanpa serapan ketundukan,
apalagi berlimpah amalan.
Ada banyak hari yang kita peringati.
Sebagiannya pengingat akan prestasi. Yang lain penyadar akan tragedi. Tapi bisa
juga itu semua hanya sebuah ironi.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar