Kamis, 03 September 2020

Mencederai Keyakinan Sendiri

Mencederai Keyakinan Sendiri[1] 

(Hal-04) Betapa perlu kita akan yakin. Untuk segala urusan. Sebagian keyakinan itu dibangun diatas kalkulasi realitas, hitungan matematis, dan rumus-rumus. Seperti urusan-urusan teknis di dalam hidup. sebagian lagi dibangun di atas kepercayaan. Ini berkaitan dengan apa-apa yang di luar jangkauan kemanusiaan kita. Bahwa ada Yang Maha Kuat di atas segala yang kuat.



Tapi sebesar itu kebutuhan kita akan yakin, seringkali sebesar itu pula kita menciderainya. Itu tidak saja pada dimensi kepercayaan. Tapi kadang juga pada soal teknisnya. Seperti verifikasi partai peserta pemilu, saling protes datang dari berbagai pihak. Ada yang menuding seharusnya lolos tetapi tidak diloloskan. Atau yang marah keras seharusnya lolos tapi tak diloloskan. Itu semua semestinya urusan data administrasi dan pembuktian faktual. Tidak lebih dan tidak kurang. Tetapi yang terjadi seringkali adalah mengaburkan hal-hal yang terang. Itu menciderai salah satu pilar keyakinan.

Betapa perlu kita akan keyakinan. Untuk segala urusan. Tetapi tidak juga lantas kita bebas mengaduk-aduk antara iman dan akal sehat. Sebab itu tidak saja mencederai keyakinan. Tetapi juga melahirkan kerancuan cara pandang, bila akhirnya yang kita yakini secara salah itu berantakan.

Itulah yang kita saksikan dari ruwatan mobil seorang menteri. Dengan sangat lengkap semua dimensi kepercayaan di jalani, untuk menguatkan keyakinan itu. Bila akhirnya mobil itu hancur, seketika semua dimensi kepercayaan yang telah dilakoni. Setidaknya, tidak ada sedikitpun penjelasan, bagaimana dimensi kepercayaan memandang kecelakaan tersebut. Akhirnya soal teknis juga yang disalahkan.

Bila anak seorang pejabat penting melakukan kesalahan, apalagi menyebabkan kematian orang lain, maka diperlukan keyakinan kuat untuk melakukan proses hukumnya. Tentu, urusannya dikembalikan ke fakta-fakta hukum. Dan, di situ pula ujian keyakinan itu. Sebab setiap fakta, bisa dimaknai dengan apa tafsir hukum atas fakta itu.

Betapa kita perlu keyakinan. Dalam bentuknya yang sangat kuat dan benar, itu bisa memberikan energi yang sangat besar. Nyaris tak terbayangkan, kadang. Begitulah seorang perempuan kecil di Palestina, Ahed Tamimi, ditemani beberapa anak seusianya, dengan berani mengintimidasi tentara Israel, lalu meneriakkan kata-kata keras, memprotes dan kadang menendang. Itu ia lakukan lantaran saudara laki-lakinya ditangkap tentara Israel.

Tindakannya menggugah banyak pihak. Perdana Menteri Turki, Erdogan, secara khusus mengundangnya. Di sana pula, anak itu disemati penghargaan, Handala Courage Award, sekaligus menjadi salah satu simbol perlawanan atas penjajahan Israel.

Betapa kita perlu keyakinan. Untuk segala urusan. Masalahnya, sebesar apa kebutuhan kita akan keyakinan, seringkali sebesar itu pula kita mencederainya. ***

 



[1] Majalah Tarbawi, Edisi 289 Th.14, Rabiul awwal 1434, 24 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar