I’tikaf Bersama Muallaf
(Hal-47) memasuki
10 hari akhir Ramadhan, saya bermaksud untuk I’tikaf setelah beberapa waktu
berkutat dalam pekerjaan. Seorang ibu paruh baya berjilbab, berpakaian rapi dan
berwajah khas wilayah timur berdiri di samping saya terlihat gelisah. Daripada melamun
akhirnya saya putuskan untuk menyapa dan sedikit mengobrol. Ternyata Bu Nur,
begitu ia memperkenalkan diri kebetulan juga sedang menuju tempat yang sama.
Pembicaraan terus bergulir. Ia dan suaminya telah I’tikaf sejak hari pertama Ramadhan dan hanya sesekali keluar masjid untuk kepentingan mendesak. “Hebat sekali!” begitu pikir saya. Rasa takjub saya tak terhenti sampai di situ. Setelah kami terdiam beberapa lama, Bu Nur berucap lirih,”Sebenarnya saya muallaf...”