Selasa, 24 September 2024

I’tikaf Bersama Muallaf

 

I’tikaf Bersama Muallaf

I’tikaf Bersama Muallaf
I’tikaf Bersama Muallaf

(Hal-47) memasuki 10 hari akhir Ramadhan, saya bermaksud untuk I’tikaf setelah beberapa waktu berkutat dalam pekerjaan. Seorang ibu paruh baya berjilbab, berpakaian rapi dan berwajah khas wilayah timur berdiri di samping saya terlihat gelisah. Daripada melamun akhirnya saya putuskan untuk menyapa dan sedikit mengobrol. Ternyata Bu Nur, begitu ia memperkenalkan diri kebetulan juga sedang menuju tempat yang sama.

Pembicaraan terus bergulir. Ia dan suaminya telah I’tikaf sejak hari pertama Ramadhan dan hanya sesekali keluar masjid untuk kepentingan mendesak. “Hebat sekali!” begitu pikir saya. Rasa takjub saya tak terhenti sampai di situ. Setelah kami terdiam beberapa lama, Bu Nur berucap lirih,”Sebenarnya saya muallaf...”

“Subhanallah, maaf, sudah berapa lama ibu jadi muallaf?” tanya saya penasaran. “Baru mbak, belum lama awal Ramadhan ini saya bersyahadat,” ucapnya tersenyum.

Bu Nur melanjutkan kisahnya. Setelah menjadi Muslimah, Bu Nur dimusuhi keluarga besarnya. Tetapi ia tidak menyerah. Satu hal yang ia sesali, ia belum berhasil membawa 2 anak tertuanya untuk mengikuti jejaknya berIslam. Sebelum di At-Tin ia juga sempat I’tikaf di Istiqlal. Walaupun sempat berkali-kali sakit.

“Saya belum terbiasa berpuasa sehari penuh waktu itu. Mungkin diibaratkan baju kotor, saya perlu keras ‘dicuci’ dengan ujian sakit untuk membersihkannya,” ujarnya.

Baca Juga:   Mimpi Makan Enak Orang-Orang Miskin

Saya tak lagi kesal dengan kemacetan, dan kaki pegal saat itu. Dengan cara ini Allah mempertemukan saya dengan seseorang yang mengingatkan saya betapa indahnya nikmat iman dan Islam. Sesampai di At-Tin, Bu Nur memperkenalkan saya dengan teman-temannya yang baru dikenal saat I’tikaf. Terlihat begitu akrab seperti mengenal sejak lama.

Pengalaman I’tikaf kala itu menjadi salah satu kenangan yang tak terlupakan. Di manapun Bu Nur berada saat ini, izinkan saya menyapa. Semoga ia senantiasa istiqomah meniti jalan hidayah.

Femi Primastuty

Jakarta



Majalah Tarbawi, Edisi 257, Th.13 Ramadhan 1432 H, 11 Agustus 2011 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar