Tampilkan postingan dengan label Thumuhat (gelora). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Thumuhat (gelora). Tampilkan semua postingan

Senin, 09 September 2024

Perahu Nuh

 

Perahu Nuh

Oleh: M Anis Matta

Perahu Nuh


Mereka mengejeknya. Mereka bilang itu pekerjaan yang sia-sia belaka. Mereka bilang tidak ada hajat sama sekali untuk membuat perahu. Lantas Mengapa? Mengapa nuh membuatnya? Tapi toh  tak bergeming. Ia tetap saja melanjutkan pekerjaannya. Ia bekerja dengan keyakinan penuh.

Mereka yang pandangan matanya pendek, selalu hanya melihat hujan yang turun di depan mata mereka. Mereka takkan sanggup melihat awan. Apalagi melihat bagaimana awan menyerap air bumi. 

Minggu, 08 September 2024

Lembah Ibrahim

 

Lembah Ibrahim

Oleh: M Anis Matta

 

Lembah Ibrahim

Enam milyar manusia yang menghuni bumi hari ini adalah turunan dari sekitar 12 pasang manusia yang tersisa dan selamat dalam perahu Nuh. Itu sedikit kuasa ilmu yang memberi Nuh kemampuan antisipasi terhadap musibah yang sedang mengancam. Dengan kuasa ilmu yang sama, kita membaca cerita tentang lembah Ibrahim.

Nama itu tak pernah ada. Sebab Qur’an memang tidak memberinya nama. Qur’an hanya menyebutkan ciri: lembah yang tidak ditumbuhi sedikitpun tumbuhan. Jadi anggap saja itu lembah Ibrahim. Itu lembah atau tanah datar yang kering dan gersang. Ke sanalah Ibrahim membawa istrinya, Hajar dan bayinya, Ismail. 

Sabtu, 07 September 2024

Keangkuhan yang Rapuh

 

Keangkuhan yang Rapuh

Oleh: M Anis Matta

Keangkuhan yang Rapuh
Keangkuhan yang Rapuh

Karena dunia, dalam benak kita sebagai manusia, adalah lukisan yang  tak selesai, maka selamanya cara pandang kita tentang dunia dan hidup kita akan kenaifan yang permanen. Dan itu akan selamanya akan menurun pada sikap-sikap kita yang juga naif. Sebab sikap-sikap kita adalah buah dari cara pandang  dan pemahaman kita tentang sesuatu.

Sekarang, walaupun kita hidup di tengah sebuah peradaban ilmu dan tehnologi yang canggih, akses yang tak terbatas pada sumber informasi yang juga tak terbatas, bahwa setiap hari kita dicekoki dengan doktrin bahwa pengetahuan adalah kekuasaan, dimana apa yang ada di alas bumi, di perut bumi, dan di angkasa sana, semuanya masuk wilayah penjelajahan ilmu pengetahuan manusia modern;

Sabtu, 31 Agustus 2024

Lukisan yang Tak Selesai

 

Lukisan yang Tak Selesai 

Oleh: M Anis Matta

Lukisan yang Tak Selesai
Lukisan yang Tak Selesai 


Setiap saat, dalam perjalanan hidup yang panjang, kita selalu menemukan satu per satu rahasia kehidupan. Setiap satu rahasia yang kita temukan, menambah pengetahuan kita tentang hidup. Setiap kali pengetahuan kita bertambah, kita menjadi lebih arif dan bijaksana.

Situasi itulah yang terekam dalam salah satu warisan hikmah orang Arab. Mereka mengatakan, sebodoh-bodohnya manusia , umur akan tetap membuatnya lebih bijaksana. Kebijaksanaan terbentuk dari akumulasi informasi yang membentuk pengetahuan kita tentang hidup. Karena sifatnya yang akumulatif, maka kesadaran hidup kita tidak akan bisa terbentuk seketika. Karena tidak terbentuk seketika, maka sikap hidup kita berubah dari waktu ke waktu.

Jumat, 30 Agustus 2024

Dunia Kita Hidup Kita

 

Dunia Kita Hidup Kita

Oleh: M Anis Matta

Dunia Kita Hidup Kita
Dunia Kita Hidup Kita


Bisakah kita membayangkan bagaimana dulu, Adam dan Hawa, menjalani hidup ketika hanya mereka berdua yang menghuni bumi? Mungkin mudah membayangkan bagaimana mereka mencari makan untuk menyambung hidup, atau membuat rumah tempat mereka berteduh, atau membuat pakaian untuk menutup aurat mereka. 

Tapi coba bayangkan bagaimana pada mulanya mereka menemukan bahasa sebagai alat komunikasi mereka? Atau bagaimana pada mulanya mereka mengenal satu-persatu dari jengkal tanah bumi ini?

Kamis, 29 Agustus 2024

Teknologi Jihad untuk Narasi Peradaban

 

Teknologi Jihad untuk Narasi Peradaban

Oleh M. Anis Matta

Teknologi Jihad untuk Narasi Peradaban
Teknologi Jihad untuk Narasi Peradaban


Para penakluk imperium dari jazirah itu menyisakan satu realitas yang lucu. Mereka tumbuh di tengah gurun sahara dan tidak bisa berenang. Itulah yang yang jadi kendala pasukan Muslim saat akan menaklukkan Persia dimana mereka harus menyeberangi sungai Eufrat dan Tigris. Dalam waktu singkat kendala itu bisa dilalui. Sebab itu Cuma sungai. Begitu  juga ketika pasukan Muslim di bawah komando Amr bin Ash itu harus menaklukkan Mesir dari kolonialisme Romawi. Sebab masih ada jalur darat untuk sampai ke sana.

Kendala menjadi lebih besar ketika Syam, Irak dan Mesir sudah ditaklukkan. Sebab semua ekspansi setelah itu harus melewati laut. Itulah yang menggusarkan Umar bin Khattab. Itu terlalu berisiko. Apalagi ketika beliau bertanya kepada Amr bin ‘Ash tentang suasana diatas kapal di tengah laut. 

Selasa, 27 Agustus 2024

Sikap Jiwa Pada Teks

 

Sikap Jiwa Pada Teks

Oleh  M. Anis Matta

Sikap Jiwa Pada Teks


(Hal-80) Teks memang sudah dimudahkan. Para pewaris nabi juga suda menjelaskan dan menafsirkannya. Para pembaharu dibangkitkan dari waktu ke waktu untuk memperbaharui memori, pemahaman dan juga komitmen. Tapi persoalan kita dengan teks tidak selesai hanya dengan itu semua.

Proses pembelajaran melalui teks bukan merupakan rangkaian perburuan pada makna-makna yang rumit. Seperti misalnya para arkeolog ketika mereka menerjemahkan sebuah naskah kuno. Atau seperti pergumulan para filosof untuk menemukan makna dari sebuah rangkaian kata yang gelap. Ini bukan sekedar pergumulan intelektual.

Minggu, 25 Agustus 2024

Mujahid Badui Penakluk Imperium

 

Mujahid Badui Penakluk Imperium

Oleh M Anis Matta

Mujahid Badui Penakluk Imperium
Mujahid Badui Penakluk Imperium


Apa penjelasannya, bahwa 3000 mujahid dari badui-badui gurun jazirah Arab, berani melawan 200,000 pasukan Romawi dalam perang Mu’tah?  Mereka tidak menang, memang, dalam pertempuran yang berlangsung tahun kedelapan hijriah itu. Tiga panglima mereka gugur sebagai syuhada; Zaid Bin Haritsah, Ja’far Bin Abi Thalib, Abdullah Bin Rawahah. Ketika Khalid mengambil alih kepemimpinan, yang ia lakukan adalah mundur teratur untuk menyelamatkan nyawa mujahidin yang tersisa.

Sementara anak-anak melempari mereka dengan batu saat kembali ke Madinah, karena dianggap melarikan diri, Rasulullah justru menggelari Khalid sebagai Saefullah Al Maslul. Pedang Allah yang terhunus. Menyelamatkan nyawa pasukan adalah keputusan bijak seorang pemberani. Berhasil mundur dari kejaran pasukan sebesar itu adalah keahlian tempur seorang jenius perang. Tapi berani melawan pasukan sebesar itu adalah pesan penting bagi Romawi; pertempuran sudah kita mulai, dan kami akan kembali.

Sabtu, 24 Agustus 2024

Peradaban Para Pembelajar

Peradaban Para Pembelajar 

Oleh M Anis Matta

Peradaban Para Pembelajar
Peradaban Para Pembelajar


Akal-akal besar itu selalu mampu mengunyah semua masalah zamannya. Tak jarang bahkan akal mereka menembus dinding waktu zaman mereka, dan merengkuh semua masalah yang terjadi berpuluh bahkan beratus tahun sesudah mereka pergi. Bukan karena ilmu yang datang bagai embun pagi yang diteteskan di atas daun otak mereka maka mereka tahu semuanya. Bukan, mereka mengunyah semua masalah zaman mereka melalui upaya memahami yang tidak pernah berhenti. Maka mereka selalu sanggup merespon semua masalah yang muncul di zaman mereka.

Mereka bukan orang yang tahu segala hal. Tapi mereka adalah pembelajar yang konstan yang selamanya dipicu oleh rasa ingin tahu yang tak habis-habis. Maka realitas menyediakan tantangan. Dan mereka memberikan solusi. Qur’an dan hadist sebagai sumber utama Islam dijaga Allah sepanjang zaman melalui akal-akal besar itu. Al Qur’an dikumpulkan di zaman Abu bakar lalu ditulis secara formal di zaman Utsman dan dijadikan sebagai standar bacaan  serta digandakan dalam lima mushaf. Ini yang kemudian dikenal sebagai mushaf utsmani. Dengan begitu kemurnian Al Qur’an terjaga dari semua bentuk penyimpangan sepanjang masa. Selamanya.

Minggu, 18 Agustus 2024

Para Pencipta Kemakmuran

 

Para Pencipta Kemakmuran 

Oleh M. Anis Matta

Para Pencipta Kemakmuran
Para Pencipta Kemakmuran


(Hal-78)  lelaki kaya raya itu menangis tersedu-sedu, selama berhari-hari, menjelang kematiannya. Bukan karena ia takut mati. Atau sedih karena harus meninggalkan kekayaannya yang melimpah ruah. Ia justru sedih karena tak mengerti bagaimana menafsirkan makna kekayaan dan kemakmurannya.

Begini ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Ada sahabat Rasulullah Saw yang jauh lebih baik dariku, yaitu Mush’ab bin Umair, yang ketika wafat tidak meninggalkan harta sedikitpun juga. Ia bahkan tidak punya cukup kain kafan untuk menutupi jasadnya, hingga jika kepalanya ditutup maka kepalanya terbuka. Lalu apa artinya bahwa mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah ini sementara mereka tidak? Tidakkah kekayaan ini malah akan mengantarkan aku ke neraka?”