Dunia Kita Hidup Kita
Oleh: M Anis Matta
Bisakah kita membayangkan bagaimana dulu, Adam dan Hawa, menjalani hidup ketika hanya mereka berdua yang menghuni bumi? Mungkin mudah membayangkan bagaimana mereka mencari makan untuk menyambung hidup, atau membuat rumah tempat mereka berteduh, atau membuat pakaian untuk menutup aurat mereka.
Tapi coba bayangkan bagaimana pada mulanya mereka menemukan bahasa sebagai alat komunikasi mereka? Atau bagaimana pada mulanya mereka mengenal satu-persatu dari jengkal tanah bumi ini?
Bagaimana mereka mengetahui
atau menyepakati bahwa tempat mereka
berjalan itu bernama tanah, bahwa benda yang tampak jauh di ketinggian sana,
yang berwarna biru adalah langit, bahwa ada makhluk lain di dunia selain mereka yang bernama binatang dan
tumbuhan, bahwa ada lampu besar yang membuat hari-hari mereka terbelah dalam
terang dan gelap, dan bahwa ketika hari terang itu namanya siang dan ketika hari gelap itu namanya malam ? Tapi kenapa
kemudian kita, anak cucu Adam dan Hawa, bisa punya ribuan kata yang berbeda
untuk satu benda ? Mengapa kita punya banyak bahasa?
Lalu bagaimana pula cara
kakek nenek kita itu mengenal dunia yang mereka huni ini? Berapa luaskah bumi ini? Berapa luaskah
dari bumi, yang sekarang dihuni oleh sekitar 6 milyar anak cucunya, yang bisa
mereka jangkau? Bukankah bumi ini terlalu luas untuk mereka berdua, dan
karenanya bisa sangat menyeramkan? Lalu seperti apakah bumi dalam persepsi
mereka berdua; datar atau bulat? Indah atau jelek? Menyenangkan atau
menyengsarakan?
Baca Juga: TeknologiJihad untuk Narasi Peradaban
Begitu Adam dan hawa turun ke
bumi ini, tiba-tiba saja mereka menemukan dunia yang begitu berbeda dengan
surga yang sebelumnya mereka huni. Ini dunia baru. Sepenuhnya dunia baru. Tak
ada satu yang ia tahu disini. Sama sekali tak ada. Jadi apa yang pertama mereka
lakukan? Belajar!! Itulah yang mereka lakukan. Bukan makan dan minum. Dan siapa
yang mengajar mereka?
Hanya Allah!! “Dan Allah mengajarkan Adam nama-nama itu, seluruhnya; nama
benda, perbuatan, pikiran, perasaan, nilai, dan seterusnya.
Jadi begitulah hidup pada
mulanya dijalani: dengan pembelajaran. Dan kemudian, seperti apa cara kita
memahami dunia kita, seperti itulah kelak kita menjalani hidup. Coba bayangkan,
berapa ribu tahun yang diperlukan manusia untuk sampai pada pengetahuan bahwa
bumi ini bulat dan bukan datar? Dan apa yang kemudian berubah dalam hidup manusia begitu mereka sampai pada
pengetahuan bahwa minyak adalah sumber energi? Dan apa kemudian berubah dalam
hidup manusia setelah pengetahuan itu?
Dan inilah kaidahnya: wajah
dunia kita berubah setiap kali kita menemukan satu pengetahuan baru, hidup kita
berubah setiap kali pengetahun kita bertambah.
Majalah Tarbawi Edisi 213 Th. 11
Dzulqa’idah 1430 H/ 22 Oktober 2009 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar