Tampilkan postingan dengan label Maqolat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Maqolat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Mei 2025

Da’wah dan Loyalitas Khusus

  

Da’wah dan Loyalitas Khusus 

Oleh Imam Nurwahyo  

Da’wah dan Loyalitas Khusus
Da’wah dan Loyalitas Khusus  

 

(Hal 24) Tak ada yang tak terikat dalam hidup ini. Air terikat dengan anatomi H2O-nya. Matahari, Bumi, dan Bulan terpaku pada lintasan orbitnya. Binatang terbelenggu dengan habitatnya. 

Meski, ada monyet pandai berjoget, beruang menggenjot sepeda, lumba-lumba pandi berhitung, singa menerobos lingkaran api, gajah bermain bola, tapi toh mereka tetap binatang yang tak kan berubah jadi manusia. Semua terika t dengan berbagai status dirinya itu.

Keterikatan dengan status itulah dasar loyalitas. Bila loyalitas ini rusak, rusak pula semuanya. Sekali harimau mendekam di kebun binatang, ia tak akan selincah kala masih di hutan. Begitu juga manusia, begitu unsur loyalitasnya tumpul, mata buta, hati mati, telinga tuli,

”Mereka bagaikan hewan ternak, bahkan lebih sesat.”

(QS Al A’raf: 179)

Selasa, 07 Januari 2025

Kiprah Politik Ulama Salaf

 

Kiprah Politik Ulama Salaf

Oleh Azam Anzuki

 

Kiprah Politik Ulama Salaf
Kiprah Politik Ulama Salaf

(Hal-21) Kiprah para salafusshalih dalam memperjuangkan Islam, tak terbatas pada dunia ilmu semata. Banyak dari mereka yang terlibat dalam aktivitas politik. Formula partisipasi politik mereka bermacam-macam. Meski, tentu berbeda dengan idiom politik sekarang yang makin berkembang.

Peran loby adalah salah satunya. Seperti yang dipraktekkan Raja’ bin Haiwa, seorang ulama besar di masa Daulah Umawiyah. Dialah yang secara serius berada di balik suksesi dinasti umawi dari Sulaiman bin Abdul Malik kepada keponakannya, Umar bin Abdul Aziz.

Sulaiman bin Abdul Malik sebenarnya punya putera, Ayyub bin Sulaiman, yang telah dicalonkan menjadi khalifah. Sayang, Ayub meninggal sebelum niat ayahnya kesampaian. Sulaiman tinggal mempunyai satu anak yang masih kecil. Meski begitu, Sulaiman ingin agar puteranya itu kelak dapat menggantikannya. Maka dipanggilnya Umar bin Abdul Aziz dan Raja’.