Hidup Mandiri dan Harmoni di Lubuk Beringin
Oleh Widowati Wahono
Hidup
Mandiri dan Harmoni di Lubuk Beringin
[Hal-40] Seolah terasing, hidup di Desa
Lubuk Beringin. Namun, bermodal kearifan lokal, kemelimpahan alam telah
menjawab segalanya. Hari menjelang senja ketika Tarbawi tiba di Lubuk
Beringin. Rasa lelah setelah berjam-jam melintasi beberapa kota sejak dari
Jambi hingga Kabupaten Bungo terbayar tuntas saat memasuki dusun yang dipenuhi
rumah panggung itu. Rumah kayu yang terkesan kuno menjadi hiburan tersendiri,
mengingat biasanya tempat tinggal antik seperti itu hanya bisa dilihat di
museum atau brosur wisata.
Berjarak 50 kilometer dari ibukota kabupaten, dusun yang menempel pada hutan lindung Rantau Bayur Bukit Panjang ini relatif terpencil. Satu-satunya akses menuju wilayah yang dihuni 331 jiwa ini, hanyalah jembatan gantung selebar satu meter yang membentang (Hal-41) di atas sungai Batang Buat. Selain sempit, jembatan ini juga terus bergoyang saat pengendara motor melaju diatasnya. Bisa dipastikan, perlu keahlian khusus dan nyali bagi siapa pun yang hendak bertandang di dusun yang dihuni suku Melayu Jambi ini.