Minggu, 18 Agustus 2024

Para Pencipta Kemakmuran

 

Para Pencipta Kemakmuran 

Oleh M. Anis Matta

Para Pencipta Kemakmuran
Para Pencipta Kemakmuran


(Hal-78)  lelaki kaya raya itu menangis tersedu-sedu, selama berhari-hari, menjelang kematiannya. Bukan karena ia takut mati. Atau sedih karena harus meninggalkan kekayaannya yang melimpah ruah. Ia justru sedih karena tak mengerti bagaimana menafsirkan makna kekayaan dan kemakmurannya.

Begini ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Ada sahabat Rasulullah Saw yang jauh lebih baik dariku, yaitu Mush’ab bin Umair, yang ketika wafat tidak meninggalkan harta sedikitpun juga. Ia bahkan tidak punya cukup kain kafan untuk menutupi jasadnya, hingga jika kepalanya ditutup maka kepalanya terbuka. Lalu apa artinya bahwa mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah ini sementara mereka tidak? Tidakkah kekayaan ini malah akan mengantarkan aku ke neraka?”

Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih

 

Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih 

Oleh M. Lili Nur Aulia

Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih
Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih 


(Hal-31)  Ibrahim An Nakh’i pernah menyampaikan kisah yang didengarnya dari Alqamah, seorang perawi hadits yang wafat tahun 62 H. “Aku pernah pergi ke Syam dan memasuki sebuah Masjid dan mengucapkan do’a, ”Allahumma yassir lii jaliisan shaalihan” (Ya Allah mudahkanlah bagiku untuk mendapatkan teman yang shalih). Aku lalu duduk begitu saja di salah satu tempat di Masjid tersebut. Tak lama kemudian datang seorang tua yang duduk di sampingku. Aku bertanya kepada jamaah yang lain, “siapa Dia?” Mereka memberitahu bahwa orang yang baru datang itu adalah Abu Darda radhiallahu anhu. 

Aku lalu mengatakan kepadanya, “Tadi aku berdoa kepada Allah Swt agar memudahkan bagiku mendapat teman duduk yang baik. Lalu ternyata Allah Swt memudahkanmu untuk bisa menjadi temanku.” “Dari mana Anda?” Alqamah menjawab,”Dari Kufah.” Abu Darda lalu bertanya (Hal-75) lagi, “Bukankah di antara kalian atau dari kalian, ada seorang penjaga rahasia yang tidak diketahui orang lain kecuali dirinya (maksud Abu Darda adalah Khuzaifah ra)?” Alqamah mengiyakannya. “Bukankah ada di antara kalian atau dari kalian orang yang dilindungi oleh Allah Swt dari syaitan melalui lisan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam (maksud Abu Darda adalah Ammar bin Yasir ra)? Alqamah mengiyakannya lagi.

Apa yang Sudah Kita Berikan untuk Kehidupan?

 

Apa yang Sudah Kita Berikan untuk Kehidupan? 

Oleh  DR. Ali Al Hammadi

Apa yang Sudah Kita Berikan untuk Kehidupan?
Apa yang Sudah Kita Berikan untuk Kehidupan? 


(Hal-64)  Di tahun 1930-an, ada seseorang mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi di Mesir. Ketika datang waktu shalat, ia segera mencari tempat untuk melakukan shalat. Ia bertanya kepada para mahasiswa lain dan ditunjukkan sebuah tempat untuk melakukan shalat. 

Tempat yang ditunjukkan itu bukan tempat yang biasa digunakan mahasiswa untuk belajar, melainkan sebuah ruangan kecil, ruangan bawah tanah yang pengap. Di sanalah tempat shalat yang ditunjukkan teman-temannya. Tapi ia tidak punya pilihan lain, kecuali pergi ke tempat itu dan shalat di ruangan itu. Ia sendiri merasa heran dengan rekan-rekannya yang tidak memperhatikan datangnya waktu shalat. Apakah mereka shalat atau tidak.