Sabtu, 05 September 2020

Senyum Hangat dan Kelembutan Tutur Kata Ciri Khas Abdul Rauf

 

Senyum Hangat dan  Kelembutan Tutur Kata Ciri Khas Abdul Rauf

 

“Siapa yang berkata kasar

Banyak orang menjadi Gusar

Siapa yang berkata lembut

Banyak orang jadi pengikut

(Gurindam 12, Raja Ali Haji)

Senyum. Yah, …  seulas senyum tulus yang sempurna. Wajah cerah yang sumringah.  Binar mata bercahaya yang hangat .  Sangat bersahaja…  adegan pembuka pertemuan ini, saya pastikan akan menjadi kenangan pertama semua orang ketika berjumpa dan bersua dengan Abdul Rauf. Sehingga ada kesan yang  diingat dalam satu kata. Ramah. Ya Ramah.



Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya kelembutan tutur kata datang menerpa. Kadang kita terkejut, dan kaget dengan diksi katanya. Ada kesan terpana, menggoda jenaka, hangat mempesona, serius yang berwibawa, akrab yang menuntut setia. Jauh dari kesan angkuh dan memaksa. Tutur katanya khas anak jati melayu. Tak hanya indah, lugas mempesona.

Kadang kala kalau sedang bercengkerama saya pribadi merasa ada malu yang menyelinap dalam diri. Saya seringkali terdiam. Sindiran-sindiran halus yang begitu menyentuh. Begitu menggugah. Membuat kita seakan ikut serta tanpa terpaksa. Bak kata anak muda sekarang, ‘pelan sih… tapi dalam… masuuk pak Eko he…he…

Saya pastikan anak muda milenial yang membludak ketika bersua dengannya merasakan itu semua. Sehingga mereka bersemangat untuk turut serta dalam perlombaan pilkada ini. Tutur kata yang jauh dari kesan memvonis, apalagi menghujat. Sehingga, saya kadang merasa diksi kata saya lebih sering mempermanis keangkuhan. Seperti para politisi pada umumnya. Astaghfirullah…

Saya menemukan keikhlasan dari senyum dan tutur lembut ucapannya. Yah, begitulah seharusnya seorang Da’i, para juru dakwah dari dahulu. Ketika kita melakukan amal kebaikan dengan ikhlas, kita akan melihat bagaimana pengaruhnya pada manusia dan peningkatan amal serta keimanan pada pribadi yang memahami dan melaksanakannya.

Terlalu banyak perkataan para sahabat Rasulullah, para ulama Salaf dan Khalaf yang terekam baik dan dijadikan panduan saat ini, karena mereka dahulu melakukan semuanya dengan keikhlasan dan #Bersabar menghadapi kaumnya. Lebih jauh saya memberanikan diri mengatakan kepada kita semua;

Niat Ikhlas yang ternoda akan mengurangi kualitas sebuah amal Shalih, meringankan bobot amal yang kita lakukan, dan memperpendek rentang waktu pengaruh dan manfaatnya pada jiwa manusia.”

“Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan Kami dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.”

(QS. Al-Ankabut: 79)

 

Intanshurullaha yansurkum wayutsabbit aqdamakum

 

(Rumah jiwaku, ditengah gerimis hujan ba’da Isya, Pekanbaru, 18 Muharram 1442 H, 05 September 2020M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar