Senyum
Hangat dan Kelembutan Tutur Kata Ciri
Khas Abdul Rauf
“Siapa yang
berkata kasar
Banyak orang
menjadi Gusar
Siapa yang
berkata lembut
Banyak orang
jadi pengikut
(Gurindam 12, Raja Ali Haji)
Senyum. Yah,
… seulas senyum tulus yang sempurna.
Wajah cerah yang sumringah. Binar mata
bercahaya yang hangat . Sangat bersahaja… adegan pembuka pertemuan ini, saya pastikan
akan menjadi kenangan pertama semua orang ketika berjumpa dan bersua dengan
Abdul Rauf. Sehingga ada kesan yang
diingat dalam satu kata. Ramah. Ya Ramah.
Kesan
pertama begitu menggoda, selanjutnya kelembutan tutur kata datang menerpa.
Kadang kita terkejut, dan kaget dengan diksi katanya. Ada kesan terpana,
menggoda jenaka, hangat mempesona, serius yang berwibawa, akrab yang menuntut
setia. Jauh dari kesan angkuh dan memaksa. Tutur katanya khas anak jati melayu.
Tak hanya indah, lugas mempesona.
Kadang kala
kalau sedang bercengkerama saya pribadi merasa ada malu yang menyelinap dalam diri.
Saya seringkali terdiam. Sindiran-sindiran halus yang begitu menyentuh. Begitu
menggugah. Membuat kita seakan ikut serta tanpa terpaksa. Bak kata anak muda
sekarang, ‘pelan sih… tapi dalam… masuuk
pak Eko he…he…
Saya
pastikan anak muda milenial yang membludak ketika bersua dengannya merasakan
itu semua. Sehingga mereka bersemangat untuk turut serta dalam perlombaan
pilkada ini. Tutur kata yang jauh dari kesan memvonis, apalagi menghujat.
Sehingga, saya kadang merasa diksi kata saya lebih sering mempermanis
keangkuhan. Seperti para politisi pada umumnya. Astaghfirullah…
Saya
menemukan keikhlasan dari senyum dan tutur lembut ucapannya. Yah, begitulah
seharusnya seorang Da’i, para juru dakwah dari dahulu. Ketika kita melakukan
amal kebaikan dengan ikhlas, kita akan melihat bagaimana pengaruhnya pada
manusia dan peningkatan amal serta keimanan pada pribadi yang memahami dan
melaksanakannya.
Terlalu
banyak perkataan para sahabat Rasulullah, para ulama Salaf dan Khalaf yang
terekam baik dan dijadikan panduan saat ini, karena mereka dahulu melakukan
semuanya dengan keikhlasan dan #Bersabar menghadapi kaumnya. Lebih jauh saya
memberanikan diri mengatakan kepada kita semua;
”Niat Ikhlas yang ternoda akan mengurangi
kualitas sebuah amal Shalih, meringankan bobot amal yang kita lakukan, dan
memperpendek rentang waktu pengaruh dan manfaatnya pada jiwa manusia.”
“Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan)
Kami, niscaya Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan Kami dan sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(QS. Al-Ankabut: 79)
Intanshurullaha
yansurkum wayutsabbit aqdamakum
(Rumah jiwaku, ditengah gerimis hujan ba’da
Isya, Pekanbaru, 18 Muharram 1442 H, 05 September 2020M)