Lembah Ibrahim
Oleh: M Anis Matta
Enam milyar manusia yang
menghuni bumi hari ini adalah turunan dari sekitar 12 pasang manusia yang
tersisa dan selamat dalam perahu Nuh. Itu sedikit kuasa ilmu yang memberi Nuh
kemampuan antisipasi terhadap musibah yang sedang mengancam. Dengan kuasa ilmu
yang sama, kita membaca cerita tentang lembah Ibrahim.
Nama itu tak pernah ada. Sebab Qur’an memang tidak memberinya nama. Qur’an hanya menyebutkan ciri: lembah yang tidak ditumbuhi sedikitpun tumbuhan. Jadi anggap saja itu lembah Ibrahim. Itu lembah atau tanah datar yang kering dan gersang. Ke sanalah Ibrahim membawa istrinya, Hajar dan bayinya, Ismail.
Lebih dari 80 tahun lelaki itu
menantikan kehadiran anak ini, tapi ketika ia hadir di pangkuannya saat
keputusasaan memenuhi rongga dadanya, ia justru membawa anak itu ke lembah ini.
Bukan Cuma itu. Ia bahkan meninggalkan istri dan anaknya di lembah itu.
Seakan-akan ia hanya datang menitip mereka kepada alam.
Kita sering mendengar cerita
ini sebagai latar pengorbanan tanpa batas dari sebuah keluarga kenabian. Tapi
tidak pernah menanyakan apa rencana Allah di balik itu semua. Itu jelas bukan rencana Ibrahim. Ia bahkan tidak
bisa menjawab hendak kemana ketika Hajar bertanya padanya saat akan
meninggalkan mereka. Tapi ketika Hajar bertanya padanya saat akan meninggalkan
mereka. Tapi ketika Hajar bertanya, apakah ini perintah Allah yang diwahyukan
kepadamu, Ibrahim mengiyakan.
Baca Juga: Dunia Kita Hidup Kita
Lembah itu seperti hilang
dalam memori sejarah sampai 2500 tahun kemudian ketika Muhammad diangkat
menjadi Nabi. Lembah itu yang dikenal dengan jazirah Arab. Dalam isolasi
peradaban itulah Ismail beranak-pinak dengan sebuah kabilah yang bernama
Jurhum, dari mana kemudian bangsa Arab berasal.
Majalah Tarbawi Edisi 219 Th. Muharram 1431 H/ 14 Januari
2010 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar