Bulan Berkaca[1]
(Hal-06) Ini sangat
baik untuk berkaca. Mengenali lebih dekat dan dekat lagi, tentang siapa kita.
Hidup dalam segala bentuk perburuan seringkali membuat kita lupa. Alih-alih
kita berhasil menaklukkan realitasyang kemudian berbalik memburu kita. Dunia
yang kian rata – The World is Flat, kata
Friedman misalnya, kini semakin mempersempit batas-batas hirarki. Kecuali bila
benar-benar berfungsi. Orang tidak bisa mudah lagi bersembunyi di balik
jabatannya, statusnya, pangkatnya, bila secara individu terlalu cacat prilaku. Setiap
kali seorang rela menjadi atasan bagi segala jenis bawahan untuk beragam
pekerjaan, kini bebannya tidak semata bagaimana memutar roda-roda peran. Tapi
juga harus memastikan bahwa dirinya memang punya integritas.
Tanpa integritas, jabatan akan menjadi
pembunuh karakter sendiri, lambat atau cepat. Terlebih di zaman baru di mana
manusia bumi terkoneksi dari ujung ke ujung. Apa yang ganjil di ujung barat,
bisa tersebar dengan cepat hingga ke ujung timur. Apa yang aneh di timur jauh,
bisa dengan singkat tersiar sampai ke barat.
Integritas adalah modal dasar utama. Dengan
itu sebenarnya setiap kita ditimbang dan dipandang. Bila kerumunan orang belum
juga menakar kita dengan wajar, waktu akan membela kita, bila kita punya
integritas. Dengan integritas, kita sudah menyelesaikan setengah dari kebutuhan
konsistensi, sesudah itu. Kenyataannya memang, di dunia sempit maupun di dunia
yang lapang hanya diperlukan satu mental: Integritas lalu konsistensi.
Tanpa integritas, siapapun dengan posisi
setinggi apapun, akhirnya akan bertarung melawan bayangannya sendiri. Itu
hantunya.itu pintu apesnya. Tak soal seperti apa upayanya untuk memoles diri
dalam berbagai wahana. Siapapun yang miskin integritas, sejenak bisa menutupi
dirinya dengan berlagak konsisten akan jati dirinya. Sesudah itu, segalanya
bisa buyar dan tak terkendali.
Ini bulan sangat baik untuk menengok ke
dalam. Mengenali lebih dekat tentang siapa kita. Seharusnya membaca diri bukan
semata seremoni tahunan, tapi panggilan kesadaran. Di tengah kegaduhan di
mana-mana, perlu kiranya kita membaca ulang tentang siapa diri kita yang
sesungguhnya. Kadang untuk menjadi baik tidak selalu harus pintar. Kadang untuk
menjadi baik tidak harus selalu terkenal. Bila menjadi baik harus dengan
terkenal, alangkah sempitnya dunia. Bila menjadi baik harus dengan banyak
bicara alangkah ciutnya harapan. Bila menjadi baik harus dengan banyak membela
diri, alangkah lelahnya hidup.
Ini bulan sangat baik bercermin. Kita adalah
akumulasi perkataan kita sendiri tentang kita. Kita adalah kumpulan persepsi
tentang kita. Kita adalah tautan
perilaku demi perilaku kita sendiri yang kita pilih secara sukarela. Ini
bulan sangat baik untuk banyak merenungi diri. *
[1] Majalah Tarbawi, Edisi 257 Th.13, Ramadhan 1432, 11 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar