Minyak dan
Industri Uang[1]
(Hal-04)Kisruh
energi tak sekedar minyak. Ini soal ledakan gaya hidup yang hampir seluruh
negara di muka bumi yang dengan brutal mengonsumsi energi. Sebab energi menjadi
penggerak dan nyawa utama industri-industri raksasa mereka. Tetapi energi, pada
saat yang sama adalah industriuang itu sendiri. Maka dunia yang selalu bergolak
terkait energi tidak semata pada fungsi vitalnya. Tapi juga transaksi manis
diatasnya, sekaligus pada penaklukan atas sumber-sumber eksplorasinya.
Manusia kini menikmati isi perut bumi tidak
hanya emasnya. Ada bermacam hasil tambang lain yang melimpah. Jumlah uang dari
itu semua sangat fantastis. Yang lebih mengagumkan, industri uang yang melekat
pada isi perut bumi, adalah industry dengan bahan baku yang telah disediakan
Tuhan dengan gratis. Maka biaya produksi pada industri itu lebih pada
pengolahannya dan distribusinya. Karena itu, penguasaan atas lahan yang
disediakan Tuhan itu, selalu menggunakan logika lain.
Logika lain itulah yang kemudian kita temukan
beragam bentuknya. Dari intimidasi, perjanjian kontrak karya yang tidak
seimbang, merampas dan menunggangi demokrasi suatu negara, hingga menciptakan
perang mengerikan yang membunuh ratusan ribu orang sipil. Semua demi penguasaan
atas lahan yang menyimpan harta karun pertambangan. Sebab lahan itu sendiri
secara administratif melekat pada teritori suatu negara. Di luar cara-cara itu,
sumber-sumber eksplorasi tak akan mudah dikuasai.
Di Indonesia, baru saja ditetapkan peraturan bahwa
perusahaan asing yang bergerak di bidang pertambangan harus mendisvestasi
sahamnya sahamnya hingga 51% untuk dijual ke pihak Indonesia. Prosesnya
bertahap hingga tahun kesepuluh. Tetapi begitu aturan ini dikumandangkan,
seketika perusahaan tambang asing terbesar di negeri ini merasa tidak harus
taat pada peraturan itu. Ia beralasan, sudah ada kontrak karya sebelumnya.
Pada akhirnya konflik kita tentang energi
bukan soal ketersediaan, bukan pula soal kecukupan. Tapi soal pengelolaan.
Terlalu banyak unsur di luar negeri yang mempermainkan energi. Energy bukan
semata energi. Tapi juga koordinat bermacam pertarungan. Tidak saja di medan perang
yang meruntuhkan peradaban, tapi juga di ranah politik, dunia intelejen,
premanisme, mafia di tubuh Negara ataupun pasar, dan kartel.
Dahulu di era primitif orang berebut air dan
tanah. Itu tentang apa yang ada di atas bumi, dan bukan apa yang di dalam bumi.
Kebutuhan inti energi melekat pada diri mereka sebagai makhluk bergerak, atau
binatang yang mengangkut mereka berpindah-pindah.
Maka ketegangan di perairan teluk atau di
kawasan lain tidak selalu seperti tampaknya. Ada urat dan pamer kuat belum
tentu tentang Negara melawan Negara. Ini tentang industri uang raksasa yang
digerakkan diatas segala permainan energi.***

Tidak ada komentar:
Posting Komentar