Rabu, 02 September 2020

Minyak dan Industri Uang

Minyak dan Industri Uang[1] 

(Hal-04)Kisruh energi tak sekedar minyak. Ini soal ledakan gaya hidup yang hampir seluruh negara di muka bumi yang dengan brutal mengonsumsi energi. Sebab energi menjadi penggerak dan nyawa utama industri-industri raksasa mereka. Tetapi energi, pada saat yang sama adalah industriuang itu sendiri. Maka dunia yang selalu bergolak terkait energi tidak semata pada fungsi vitalnya. Tapi juga transaksi manis diatasnya, sekaligus pada penaklukan atas sumber-sumber eksplorasinya.



Manusia kini menikmati isi perut bumi tidak hanya emasnya. Ada bermacam hasil tambang lain yang melimpah. Jumlah uang dari itu semua sangat fantastis. Yang lebih mengagumkan, industri uang yang melekat pada isi perut bumi, adalah industry dengan bahan baku yang telah disediakan Tuhan dengan gratis. Maka biaya produksi pada industri itu lebih pada pengolahannya dan distribusinya. Karena itu, penguasaan atas lahan yang disediakan Tuhan itu, selalu menggunakan logika lain.

Logika lain itulah yang kemudian kita temukan beragam bentuknya. Dari intimidasi, perjanjian kontrak karya yang tidak seimbang, merampas dan menunggangi demokrasi suatu negara, hingga menciptakan perang mengerikan yang membunuh ratusan ribu orang sipil. Semua demi penguasaan atas lahan yang menyimpan harta karun pertambangan. Sebab lahan itu sendiri secara administratif melekat pada teritori suatu negara. Di luar cara-cara itu, sumber-sumber eksplorasi tak akan mudah dikuasai.

Di Indonesia, baru saja ditetapkan peraturan bahwa perusahaan asing yang bergerak di bidang pertambangan harus mendisvestasi sahamnya sahamnya hingga 51% untuk dijual ke pihak Indonesia. Prosesnya bertahap hingga tahun kesepuluh. Tetapi begitu aturan ini dikumandangkan, seketika perusahaan tambang asing terbesar di negeri ini merasa tidak harus taat pada peraturan itu. Ia beralasan, sudah ada kontrak karya sebelumnya.

Pada akhirnya konflik kita tentang energi bukan soal ketersediaan, bukan pula soal kecukupan. Tapi soal pengelolaan. Terlalu banyak unsur di luar negeri yang mempermainkan energi. Energy bukan semata energi. Tapi juga koordinat bermacam pertarungan. Tidak saja di medan perang yang meruntuhkan peradaban, tapi juga di ranah politik, dunia intelejen, premanisme, mafia di tubuh Negara ataupun pasar, dan kartel.

Dahulu di era primitif orang berebut air dan tanah. Itu tentang apa yang ada di atas bumi, dan bukan apa yang di dalam bumi. Kebutuhan inti energi melekat pada diri mereka sebagai makhluk bergerak, atau binatang yang mengangkut mereka berpindah-pindah.

Maka ketegangan di perairan teluk atau di kawasan lain tidak selalu seperti tampaknya. Ada urat dan pamer kuat belum tentu tentang Negara melawan Negara. Ini tentang industri uang raksasa yang digerakkan diatas segala permainan energi.***

 

 



[1] Majalah Tarbawi, Edisi 272 Th.13, Jumadil Awwal 1432, 5 April 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar