Berdamai Dengan Bumi[1]
(Hal-02)Ini tahun
yang sangat berat. Alam seakan mengubah jadwal-jadwalnya. Hujan terus datang di
musim yang seharusnya kemarau. Deras.Kering masih menggersang di musim yang
mestinya penghujan.Tapi bumi tak pernah mencederai dengan sendirinya. Ini tahun
yang sangat berat. Petani pusing dengan siklus tanam yang kacau. Nelayan mendapati
air laut selalu bergelombang. Besar dan mematikan.P encarian ikan pun tak punya
kejelasan.
Ini tak sekadar soal tanah. Atau air. Atau udara
semata. Ini soal kelakuan kita sebagai manusia. Kita memperlakukan bumi dan alam
dengan gelora keinginan yang rakus. Kita membangun dengan cara merusak. Kita
memiliki dengan cara merampas. Kita menikmati dengan cara yang membinasakan.
Indonesia sebenarnyamenempatiurutankelimadari
10 negara yang memilikiluashutanterbesar di dunia.Tetapidalamkurunwaktutahun
2000 sampaidengantahun 2005, lajukerusakanhutan Indonesia mencapai
1,87jutahektar. Akibatnya Indonesia menempatiperingkatkedua Negara
denganlajukerusakanhutantertinggi di dunia.
Siapa pun tidak akan pernah bisa melawan alam.
Bumi ini pemberian dengan pesan utama yang diulang-ulang oleh Allah, “Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya.”Akumulasi dari pengrusakan akan berujung pada perlawanan alam.
Dan, saat itu, tak akan ada yang bisa menghentikan. Siapapun.
Singapura, negeri satelit di Asia tenggara
yang kagum pada dirinya sendiri pun, tak ada kuasa menahan curah hujan yang
begitu besar. Maka ia pun mengalami pahitnya banjir, bahkan di kawasan pusat belanja
yang paling kesohor bagi wisatawan. Orchad Road berubah menjadi lautan air.
Toko-toko tergenang.Barang-barang mewah yang diperdagangkan mengapung-apung layaknya
mainan.
Ini tahun
yang berat.Di tengah pencarian dan eksplorasi ilmiah keluar angkasa yang terus berkembang,
kita menyimpan ironi di daratan bumi dan hamparan lautan.Jepang baru saja merayakan
kepulangan kapsul antariksanya, Hayabusa.
Kapsul itu memulai perjalanannya keantariksa tahun 2003. Tujuh tahun kemudian kembali
ke bumi. Ini adalah kendaraan antariksa pertama yang mendarat di sebuah
asteroid dan kembali ke bumi.
Ke angkasa kita memang harus terus melakukan pencarian,
penemuan dan membuat kesimpulan historis maupun prediksi tentang alam semesta. Tetapi
bila pada saat yang sama kita terus abai dengan bumi, maka hari-hari selanjutnya
hanyalah lanjutan dari tahun-tahun yang sangat berat. Banjir bukan lagi bencana
untuk kaum pinggiran. Badai dan topan tidak
saja ancaman gurun dan pedesaan. Tapi bumi tak pernah mencederai dengan
sendirinya.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar