Rabu, 02 September 2020

Berdamai Dengan Bumi

Berdamai Dengan Bumi[1]

(Hal-02)Ini tahun yang sangat berat. Alam seakan mengubah jadwal-jadwalnya. Hujan terus datang di musim yang seharusnya kemarau. Deras.Kering masih menggersang di musim yang mestinya penghujan.Tapi bumi tak pernah mencederai dengan sendirinya. Ini tahun yang sangat berat. Petani pusing dengan siklus tanam yang kacau. Nelayan mendapati air laut selalu bergelombang. Besar dan mematikan.P encarian ikan pun tak punya kejelasan.



Ini tak sekadar soal tanah. Atau air. Atau udara semata. Ini soal kelakuan kita sebagai manusia. Kita memperlakukan bumi dan alam dengan gelora keinginan yang rakus. Kita membangun dengan cara merusak. Kita memiliki dengan cara merampas. Kita menikmati dengan cara yang membinasakan.

Indonesia sebenarnyamenempatiurutankelimadari 10 negara yang memilikiluashutanterbesar di dunia.Tetapidalamkurunwaktutahun 2000 sampaidengantahun 2005, lajukerusakanhutan Indonesia mencapai 1,87jutahektar. Akibatnya Indonesia menempatiperingkatkedua Negara denganlajukerusakanhutantertinggi di dunia.

Siapa pun tidak akan pernah bisa melawan alam. Bumi ini pemberian dengan pesan utama yang diulang-ulang oleh Allah, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.”Akumulasi dari pengrusakan akan berujung pada perlawanan alam. Dan, saat itu, tak akan ada yang bisa menghentikan. Siapapun.

Singapura, negeri satelit di Asia tenggara yang kagum pada dirinya sendiri pun, tak ada kuasa menahan curah hujan yang begitu besar. Maka ia pun mengalami pahitnya banjir, bahkan di kawasan pusat belanja yang paling kesohor bagi wisatawan. Orchad Road berubah menjadi lautan air. Toko-toko tergenang.Barang-barang mewah yang diperdagangkan mengapung-apung layaknya mainan.

Ini  tahun yang berat.Di tengah pencarian dan eksplorasi ilmiah keluar angkasa yang terus berkembang, kita menyimpan ironi di daratan bumi dan hamparan lautan.Jepang baru saja merayakan kepulangan kapsul antariksanya, Hayabusa. Kapsul itu memulai perjalanannya keantariksa tahun 2003. Tujuh tahun kemudian kembali ke bumi. Ini adalah kendaraan antariksa pertama yang mendarat di sebuah asteroid dan kembali ke bumi.

Ke angkasa kita memang harus terus melakukan pencarian, penemuan dan membuat kesimpulan historis maupun prediksi tentang alam semesta. Tetapi bila pada saat yang sama kita terus abai dengan bumi, maka hari-hari selanjutnya hanyalah lanjutan dari tahun-tahun yang sangat berat. Banjir bukan lagi bencana untuk kaum pinggiran. Badai dan   topan tidak saja ancaman gurun dan pedesaan. Tapi bumi tak pernah mencederai dengan sendirinya.*



[1]MajalahTarbawi, Edisi 233Th.12,Sya’ban 1431 H, 29 Juli 2010 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar