Senin, 19 Agustus 2024

Ramadhan di Masjidil Haram

 

Ramadhan di Masjidil Haram 

Dari Bisnis Air Zam-Zam Hingga Penanganan Virus H1N1

Oleh M. Lili Nur Aulia

Ramadhan di Masjidil Haram


(Hal-68)  Ada ragam kesibukan yang tidak biasa di bulan ini. Namun kesibukan yang paling terasa di bulan ini, ada di Makkah Mukarramah, tepatnya di Masjidil Haram lokasi Ka’bah Baitullah. Bisa dibayangkan bila selama tiga puluh hari, lebih dari tiga juta orang datang dan pergi di Masjidil Haram. Mereka tak hanya melaksanakan umrah, tapi juga melaksanakan i’tikaf terutama di sepuluh hari terakhir.

Meski secara umum Saudi Arabia, sedang mengalami krisis air minum, tapi (Hal-69) tetap saja, pelayanan yang diberikan untuk menyambut kehadiran tamu Allah di bulan Ramadhan merupakan prioritas yang tidak mungkin diabaikan. Para jamaah yang datang dari berbagai penjuru dunia, harus mendapatkan pelayanan spesial hingga menjadikan amal ibadah mereka di sekitar Ka’bah, bisa dijalani secara khidmat. Untuk itulah berbagai cara dilakukan pihak Kerajaan Saudi Arabia.

Di antara ragam cara melayani jamaah, kerajaan Saudi yang juga disebut khadimatul Haramain (Pelayan dua tempat suci) adalah menyediakan lebih dari 19.360 galon air zam-zam di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang paling banyak dikunjungi jamaah di bulan Ramadhan. Khusus di Masjidil Haram, galon-galon itu dibagi ke 32 kelompok tempat air di mana masing-masing kelompok minimal menyediakan 42 galon air. Di setiap kelompok galon itu disediakan sekitar 800 cangkir plastik. Total penggunaan cangkir plastik untuk air zam-zam itu ternyata sungguh luar biasa.

Pihak pengelola Masjidil Haram saja, menyebutkan minimal menyediakan 3 juta cangkir plastik setiap hari yang digunakan para pengunjung Baitullah. Diperkirakan ada 3,2 juta orang yang ada di dalam areal Masjidil Haram, dan 2,1 juta orang yang ada di luar area tersebut. Cangkir-cangkir plastik ini sekali pakai. Setelah dipakai minum, maka gelas ini langsung dibuang. Sementara itu, untuk mengantisipasi terus melonjaknya jumlah jamaah yang berdatangan ke Makkah tiap harinya, Kantor Penyediaan Air Zam-Zam Terpadu juga menyediakan 60.000 kemas air zam-zam berkapasitas 20 liter sebagai cadangan. Jumlah air zam-zam kemasan yang disediakan kantor ini dengan kapasitas 20 liter mencapai 160.000 kemasan plastik (3,2 juta liter).

Bagaimana sistem penanganannya, dijelaskan oleh Pihak Pengelola Air Zam-Zam di Masjidil Haram, Aefan bin Muhammad Jaed. Ia mengatakan, “sistem pengiriman air Zam-Zam di Masjidil Haram, dilakukan 74 orang pegawai, yang terbagi dalam 3 shift selama 24 jam. Mereka yang akan mengontrol penyediaan air Zam-Zam di setiap tempat, dan terus-menerus melakukan pemeriksaan ke berbagai tempat air Zam-zam agar tetap tersedia dan terjaga kebersihannya.”

Baca Juga: Seperti Burung yang Serius Menjalani Hidup

Selain 74 orang yang mengontrol tempat air Zam-Zam, ada 630 orang pekerja yang bertugas mengisi dan mengganti galon air yang sudah kosong, menyiapkan cangkir Zam-Zam lainnya. 12 jam secara bergiliran.

Kepada seluruh pengunjung Baitullah, Jead berpesan agar sama-sama menjaga kebersihan dan ketersediaan (Hal-70) air Zam-Zam. Ia meminta agar jamaah tidak membawa air Zam-Zam ke dalam Masjid dengan kantong plastik karena dikhawatirkan tertumpah dan memngotori Masjid atau bisa menyebabkan jamaah lain terpeleset. Himbauan ini bukan tanpa alasan, mengingat ada banyak pengunjung Masjid yang berasal dari ragam bangsa, dengan kebiasaan dan tradisi masing-masing.

Pengelola Masjid Haram, juga menerapkan sistem sterilisasi secara otomatis tangki-tangki air yang menampung air Zam-Zam, yang disediakan di sekitar Masjid. Sistem sterilisasi itu dilakukan di bawah pengawasan deputi direktur umum pengelola Masjid Haram Muhammad Ibn Nasir Al-Khozaim. Sistem sterilisasi otomatis itu mampu membersihkan sekitar 6.300 tangki penampung air Zam-Zam tiap harinya. Tangki-tangki air tersebut dicuci bersih dengan air, kemudian dikeringkan, lalu diisi kembali dengan air Zam-Zam yang baru. 

Tangki-tangki air dengan sistem pendingin itu biasanya diganti tiap tahun dan jumlahnya ditambah saat bulan Ramadhan dan musim haji tiba. Karena pada saat itu, jumlah pengunjung Masjid haram melonjak.

Pada saat yang sama, kantor urusan Masjid Haram juga mulai memasang sistem komputerisasi dan jaringan internet, untuk memudahkan kegiatan administratif kantor tersebut. Untuk itu, sekitar 400 pegawai dari berbagai seksi administratif dibekali pelatihan pengoperasian  sistem  komputerisasi tersebut. Disamping dipompa untuk kebutuhan jamaah di Masjidil Haram, air Zam-Zam juga dialirkan, dengan pipa berdiameter besar ke Mina untuk memasok ratusan dispenser yang tersebar di pinggir-pinggir jalan pada hari-hari jemaah konsentrasi di sana dan dikirimkan dengan puluhan tangki setiap hari ke Madinah guna mengisi ratusan tong air serupa di Masjid Nabawi.

Di musim haji, penanganan masalah air Zam-Zam ini lebih rumit lagi. Kantor penyediaan Masjidil Haram Terpadu harus menyediakan air Zam-Zam 1.641 kiloliter lebih setiap hari untuk jamaah. Ini disampaikan Direktur Penyediaan air Zam-Zam di Masjidil Haram, Aifan bin Muhammad al Juaid. Sebenarnya kebutuhan lebih dari itu, karena pihak Saudi juga menyediakan kemasan air Zam-Zam yang disediakan khusus di luar area Masjidil Haram yang mencapai 1.065 kiloliter per hari. Total ada 2.706 kiloliter atau 2.706.000 liter per hari.

Penjualan Liar Air Zam-Zam

Masalah air Zam-Zam ini memang unik. Keistimewaan air Zam-Zam baik secara syariat yang dianjurkan umat Muslim untuk meminumnya, juga terbukti secara kandungan kesehatan,memiliki keistimewaan. Karenanya, tidak jarang orang sengaja mengambil air Zam-Zam yang gratis ini, untuk diperjualbelikan demi meraup keuntungan, terlebih dalam musim Umrah Ramadhan. Dan di sinilah masalahnya.

Baca Juga: Dosa Yang Terus Mengalir 

“Kami kesulitan menghadapi orang-orang yang melakukan penjualan liar terhadap air Zam-Zam. Sebelum ini kami sudah meminta petugas kami untuk memperingatkan mereka, dan bahkan kami melibatkan aparat keamanan polisi untuk mengatasi masalah (Hal-71) ini. Para pelakunya, bisa warga Makkah atau non Makkah,”Jelas Jaed.

Jaed berharap dia bisa menertibkan para penjual liar air Zam-Zam di lokasi Al Guzah, yang dianggap menjadi tempat favorit para penjual Zam-Zam liar. Tokoh Kerajaan Saudi itu menyampaikan lagi harapannya pada keamanan Masjidil Haram untuk turut serta dalam mengatur lokasi saluran air Zam-Zam. Masalah perdagangan liar air Zam-Zam juga muncul dalam pembicaraan Kerajaan Saudi. Lokasi sumur penyaluran air Zam-Zam di Kade, Alguza sangat penuh tak seperti biasanya. Di sana tampaknya para pedagang liar air Zam-Zam. Itu harus dilakukan untuk kemudian disimpan dan dijual di musim umrah Ramadhan yang akan datang.

Air Zam-Zam memang tersedia gratis di dalam maupun di sekitar Masjidil Haram. Tapi tidak sedikit jamaah yang rela memilih membeli air itu daripada harus berdesakan mengambilnya, terlebih dalam suasana umrah dan haji. Dan untuk itu, jamaah harus merogoh kantongnya lebih dalam karena penjualan air Zam-Zam harus dibayar dengan harga mahal. Satu galon kecil yang berisikan sekitar 10 liter air Zam-zam, di pasar gelap harganya yang semula 5 sampai 10 real di bulan Ramadhan bisa meningkat menjadi 30 real (1 real sekitar 3.000 rupiah). Sedangkan untuk galon sedang berisikan 20 liter air harganya bisa 60 real. Pendapatan para penjual air Zam-Zam ini, seharinya bisa lebih dari 3.000 real. Luar Biasa.

Lembaga terkait lokasi penyediaan air Zam-Zam membawa lebih besar dari dua galon saja. Tapi para pedagang, berupaya mencari alternatif dan ragam caara lain untuk bisa membawa lebih dari dua galon. Bagaimana caranya? Antara lain oknum penjual liar masuk ke lokasi sumur penyaluran Zam-Zam dalam satu kelompok terdiri dari belasan orang, masing-masing membawa dua galon. Dan itu jumlah yang di bolehkan alias tidak dilarang. Tetapi mereka akan berulangkali masuk dengan cara berbeda, ada tiga orang dari mereka yang berdiri di dekat dengan sumur air Zam-Zam, sambil membantu rekan-rekannya untuk mengambil dan mengisikan galon milik temannya yang lain. 

Mereka biasanya beralasan, galon milik temannya itu ha- (Hal-72) rus diisi kembali karena sebelumnya belum penuh. Efeknya, ia akan banyak menghalangi atau melarang orang lain ikut mengambil air Zam-Zam di lokasi itu. Jika rekan-rekannya telah berhasil keluar membawa dua galon penuh, maka mereka akan masuk kembali ke tempat itu dengan galon yang kosong. Begitu seterusnya.

Meski sudah cukup banyak aparat keamanan dan pegawai mengawasi masalah perdagangan liar air Zam-Zam ini, tapi karena banyaknya orang yang melakukannya, menjadi sulit mengatasinya. Apalagi para oknum pedagang Zam-Zam itu menguasai sejumlah aliran pipa air, dan para pengunjung tampaknya tidak banyak memprotes mereka.

Antisipasi Virus H1N1

Masalah lain yang tak kalah penting adalah bagaimana pihak Kerajaan Saudi, mengantisipasi penyebaran virus H1N1 yang saat ini mewabah di berbagai negara. Data terakhir yang dikeluarkan oleh harian Aleqteshadiya, Saudi Arabia, permohonan umrah Ramadhan menurun 25% tahun ini ditengarai akibat kekhawatiran tertular flu babi. Sejumlah negara antara lain, Iran, melarang warganya ikut dalam kunjungan umrah ke Makkah Mukarramah, karena khawatir dengan alasan yang sama. 

Baca Juga: Ucapkanlah“Alhamdulillah

Para ulama juga masih berbeda pendapat, antara yang menghimbau agar peserta umrah dilarang membawa anak-anak ataupun orang yang sudah terlalu sepuh. Mengingat tingkat penularan flu babi, lebih banyak mengenai mereka yang berada dalam rentan usia tersebut.

Namun kini, muncul sebuah program baru dikeluarkan oleh Lembaga Sosial Hadiah untuk Jamaah Haji dan Umrah di Makkah selama bulan Ramadhan, agar terlindung dari wabah virus H1N1 atau yang biasa disebut dengan flu babi. Menurut Manshur Amir kepada Islamonline, “lembaga kami telah menyediakan 3 juta masker dengan cara persuasif dan baru bersamaan dengan penyajian buka puasa di Masjidil Haram selama bulan Ramadhan.” Penggunaan masker terbukti efektif memelihara jamaah haji dari debu dan virus penyakit seperti flu babi.

Bedanya, masker ini bukan masker yang menutup seluruh bagian mulut sehingga mudah memakainya dan sudah diujicobakan di Saudi Arabia dan hasilnya efektif mencegah ragam penyakit dan virus pemakainya.

Seorang pengunjung yang melaksanakan umrah Ramadhan, Fawaz Mahmud, mengatakan bahwa masker seperti ini sangat mudah digunakan dan memang bisa menghalangi tertularnya penyakit dan virus. Sementara itu, Kementrian Kesehatan Saudi beberapa waktu lalu telah menjelaskan adanya 3 kasus suspect flu babi, diantaranya menimpa seorang perempuan usia 28 tahun dan anak perempuan 11 tahun. Total warga Saudi yang tertular flu H1N1 adalah 595 kasus. Dan tingkat kesembuhannya 90%.

Bila Allah Swt memberikan rezeki dan kelapangan hati, kita bisa berencana umrah sekaligus i’tikaf Ramadhan. Mungkin tidak di tahun ini, karena pihak kedutaan Saudi di berbagai negara juga memberi batas quota tertentu untuk umrah Ramadhan. ***


Majalah Tarbawi Edisi 212 Th. 11, Syawal 1430  H, 8 Oktober 2009  M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar