Ramadhan di Masjidil Haram
Dari Bisnis
Air Zam-Zam Hingga Penanganan Virus H1N1
Oleh M. Lili
Nur Aulia
(Hal-68) Ada ragam kesibukan yang tidak biasa di bulan
ini. Namun kesibukan yang paling terasa di bulan ini, ada di Makkah Mukarramah,
tepatnya di Masjidil Haram lokasi Ka’bah Baitullah. Bisa dibayangkan bila
selama tiga puluh hari, lebih dari tiga juta orang datang dan pergi di Masjidil
Haram. Mereka tak hanya melaksanakan umrah, tapi juga melaksanakan i’tikaf
terutama di sepuluh hari terakhir.
Meski secara umum Saudi Arabia, sedang mengalami krisis air minum, tapi (Hal-69) tetap saja, pelayanan yang diberikan untuk menyambut kehadiran tamu Allah di bulan Ramadhan merupakan prioritas yang tidak mungkin diabaikan. Para jamaah yang datang dari berbagai penjuru dunia, harus mendapatkan pelayanan spesial hingga menjadikan amal ibadah mereka di sekitar Ka’bah, bisa dijalani secara khidmat. Untuk itulah berbagai cara dilakukan pihak Kerajaan Saudi Arabia.
Di antara ragam cara melayani jamaah, kerajaan Saudi yang juga disebut khadimatul Haramain (Pelayan dua tempat suci) adalah menyediakan lebih dari 19.360 galon air zam-zam di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang paling banyak dikunjungi jamaah di bulan Ramadhan. Khusus di Masjidil Haram, galon-galon itu dibagi ke 32 kelompok tempat air di mana masing-masing kelompok minimal menyediakan 42 galon air. Di setiap kelompok galon itu disediakan sekitar 800 cangkir plastik. Total penggunaan cangkir plastik untuk air zam-zam itu ternyata sungguh luar biasa.
Pihak pengelola Masjidil Haram saja, menyebutkan
minimal menyediakan 3 juta cangkir plastik setiap hari yang digunakan para
pengunjung Baitullah. Diperkirakan ada 3,2 juta orang yang ada di dalam areal
Masjidil Haram, dan 2,1 juta orang yang ada di luar area tersebut.
Cangkir-cangkir plastik ini sekali pakai. Setelah dipakai minum, maka gelas ini
langsung dibuang. Sementara itu, untuk mengantisipasi terus melonjaknya jumlah
jamaah yang berdatangan ke Makkah tiap harinya, Kantor Penyediaan Air Zam-Zam
Terpadu juga menyediakan 60.000 kemas air zam-zam berkapasitas 20 liter sebagai
cadangan. Jumlah air zam-zam kemasan yang disediakan kantor ini dengan
kapasitas 20 liter mencapai 160.000 kemasan plastik (3,2 juta liter).
Bagaimana
sistem penanganannya, dijelaskan oleh Pihak Pengelola Air Zam-Zam di Masjidil
Haram, Aefan bin Muhammad Jaed. Ia mengatakan, “sistem pengiriman air Zam-Zam
di Masjidil Haram, dilakukan 74 orang pegawai, yang terbagi dalam 3 shift selama
24 jam. Mereka yang akan mengontrol penyediaan air Zam-Zam di setiap tempat,
dan terus-menerus melakukan pemeriksaan ke berbagai tempat air Zam-zam agar
tetap tersedia dan terjaga kebersihannya.”
Baca Juga: Seperti Burung yang Serius Menjalani Hidup
Selain 74
orang yang mengontrol tempat air Zam-Zam, ada 630 orang pekerja yang bertugas
mengisi dan mengganti galon air yang sudah kosong, menyiapkan cangkir Zam-Zam
lainnya. 12 jam secara bergiliran.
Kepada
seluruh pengunjung Baitullah, Jead berpesan agar sama-sama menjaga kebersihan
dan ketersediaan (Hal-70) air
Zam-Zam. Ia meminta agar jamaah tidak membawa air Zam-Zam ke dalam Masjid
dengan kantong plastik karena dikhawatirkan tertumpah dan memngotori Masjid
atau bisa menyebabkan jamaah lain terpeleset. Himbauan ini bukan tanpa alasan,
mengingat ada banyak pengunjung Masjid yang berasal dari ragam bangsa, dengan
kebiasaan dan tradisi masing-masing.
Pengelola Masjid Haram, juga menerapkan sistem sterilisasi secara otomatis tangki-tangki air yang menampung air Zam-Zam, yang disediakan di sekitar Masjid. Sistem sterilisasi itu dilakukan di bawah pengawasan deputi direktur umum pengelola Masjid Haram Muhammad Ibn Nasir Al-Khozaim. Sistem sterilisasi otomatis itu mampu membersihkan sekitar 6.300 tangki penampung air Zam-Zam tiap harinya. Tangki-tangki air tersebut dicuci bersih dengan air, kemudian dikeringkan, lalu diisi kembali dengan air Zam-Zam yang baru.
Tangki-tangki air dengan sistem
pendingin itu biasanya diganti tiap tahun dan jumlahnya ditambah saat bulan
Ramadhan dan musim haji tiba. Karena pada saat itu, jumlah pengunjung Masjid
haram melonjak.
Pada saat
yang sama, kantor urusan Masjid Haram juga mulai memasang sistem komputerisasi
dan jaringan internet, untuk memudahkan kegiatan administratif kantor tersebut.
Untuk itu, sekitar 400 pegawai dari berbagai seksi administratif dibekali
pelatihan pengoperasian sistem komputerisasi tersebut. Disamping dipompa
untuk kebutuhan jamaah di Masjidil Haram, air Zam-Zam juga dialirkan, dengan
pipa berdiameter besar ke Mina untuk memasok ratusan dispenser yang tersebar di
pinggir-pinggir jalan pada hari-hari jemaah konsentrasi di sana dan dikirimkan
dengan puluhan tangki setiap hari ke Madinah guna mengisi ratusan tong air
serupa di Masjid Nabawi.
Di musim
haji, penanganan masalah air Zam-Zam ini lebih rumit lagi. Kantor penyediaan
Masjidil Haram Terpadu harus menyediakan air Zam-Zam 1.641 kiloliter lebih
setiap hari untuk jamaah. Ini disampaikan Direktur Penyediaan air Zam-Zam di
Masjidil Haram, Aifan bin Muhammad al Juaid. Sebenarnya kebutuhan lebih dari
itu, karena pihak Saudi juga menyediakan kemasan air Zam-Zam yang disediakan
khusus di luar area Masjidil Haram yang mencapai 1.065 kiloliter per hari.
Total ada 2.706 kiloliter atau 2.706.000 liter per hari.
Penjualan
Liar Air Zam-Zam
Masalah air
Zam-Zam ini memang unik. Keistimewaan air Zam-Zam baik secara syariat yang
dianjurkan umat Muslim untuk meminumnya, juga terbukti secara kandungan
kesehatan,memiliki keistimewaan. Karenanya, tidak jarang orang sengaja
mengambil air Zam-Zam yang gratis ini, untuk diperjualbelikan demi meraup
keuntungan, terlebih dalam musim Umrah Ramadhan. Dan di sinilah masalahnya.
Baca Juga: Dosa Yang Terus Mengalir
“Kami
kesulitan menghadapi orang-orang yang melakukan penjualan liar terhadap air
Zam-Zam. Sebelum ini kami sudah meminta petugas kami untuk memperingatkan
mereka, dan bahkan kami melibatkan aparat keamanan polisi untuk mengatasi
masalah (Hal-71) ini. Para pelakunya,
bisa warga Makkah atau non Makkah,”Jelas Jaed.
Jaed
berharap dia bisa menertibkan para penjual liar air Zam-Zam di lokasi Al Guzah,
yang dianggap menjadi tempat favorit para penjual Zam-Zam liar. Tokoh Kerajaan
Saudi itu menyampaikan lagi harapannya pada keamanan Masjidil Haram untuk turut
serta dalam mengatur lokasi saluran air Zam-Zam. Masalah perdagangan liar air
Zam-Zam juga muncul dalam pembicaraan Kerajaan Saudi. Lokasi sumur penyaluran
air Zam-Zam di Kade, Alguza sangat penuh tak seperti biasanya. Di sana
tampaknya para pedagang liar air Zam-Zam. Itu harus dilakukan untuk kemudian
disimpan dan dijual di musim umrah Ramadhan yang akan datang.
Air Zam-Zam
memang tersedia gratis di dalam maupun di sekitar Masjidil Haram. Tapi tidak
sedikit jamaah yang rela memilih membeli air itu daripada harus berdesakan
mengambilnya, terlebih dalam suasana umrah dan haji. Dan untuk itu, jamaah
harus merogoh kantongnya lebih dalam karena penjualan air Zam-Zam harus dibayar
dengan harga mahal. Satu galon kecil yang berisikan sekitar 10 liter air
Zam-zam, di pasar gelap harganya yang semula 5 sampai 10 real di bulan Ramadhan
bisa meningkat menjadi 30 real (1 real sekitar 3.000 rupiah). Sedangkan untuk
galon sedang berisikan 20 liter air harganya bisa 60 real. Pendapatan para
penjual air Zam-Zam ini, seharinya bisa lebih dari 3.000 real. Luar Biasa.
Lembaga terkait lokasi penyediaan air Zam-Zam membawa lebih besar dari dua galon saja. Tapi para pedagang, berupaya mencari alternatif dan ragam caara lain untuk bisa membawa lebih dari dua galon. Bagaimana caranya? Antara lain oknum penjual liar masuk ke lokasi sumur penyaluran Zam-Zam dalam satu kelompok terdiri dari belasan orang, masing-masing membawa dua galon. Dan itu jumlah yang di bolehkan alias tidak dilarang. Tetapi mereka akan berulangkali masuk dengan cara berbeda, ada tiga orang dari mereka yang berdiri di dekat dengan sumur air Zam-Zam, sambil membantu rekan-rekannya untuk mengambil dan mengisikan galon milik temannya yang lain.
Mereka biasanya beralasan, galon milik temannya itu
ha- (Hal-72) rus diisi kembali karena
sebelumnya belum penuh. Efeknya, ia akan banyak menghalangi atau melarang orang
lain ikut mengambil air Zam-Zam di lokasi itu. Jika rekan-rekannya telah
berhasil keluar membawa dua galon penuh, maka mereka akan masuk kembali ke tempat
itu dengan galon yang kosong. Begitu seterusnya.
Meski sudah
cukup banyak aparat keamanan dan pegawai mengawasi masalah perdagangan liar air
Zam-Zam ini, tapi karena banyaknya orang yang melakukannya, menjadi sulit
mengatasinya. Apalagi para oknum pedagang Zam-Zam itu menguasai sejumlah aliran
pipa air, dan para pengunjung tampaknya tidak banyak memprotes mereka.
Antisipasi
Virus H1N1
Masalah lain yang tak kalah penting adalah bagaimana pihak Kerajaan Saudi, mengantisipasi penyebaran virus H1N1 yang saat ini mewabah di berbagai negara. Data terakhir yang dikeluarkan oleh harian Aleqteshadiya, Saudi Arabia, permohonan umrah Ramadhan menurun 25% tahun ini ditengarai akibat kekhawatiran tertular flu babi. Sejumlah negara antara lain, Iran, melarang warganya ikut dalam kunjungan umrah ke Makkah Mukarramah, karena khawatir dengan alasan yang sama.
Baca Juga: Ucapkanlah“Alhamdulillah
Para ulama juga masih berbeda pendapat, antara yang menghimbau agar peserta
umrah dilarang membawa anak-anak ataupun orang yang sudah terlalu sepuh. Mengingat
tingkat penularan flu babi, lebih banyak mengenai mereka yang berada dalam
rentan usia tersebut.
Namun kini,
muncul sebuah program baru dikeluarkan oleh Lembaga Sosial Hadiah untuk Jamaah
Haji dan Umrah di Makkah selama bulan Ramadhan, agar terlindung dari wabah
virus H1N1 atau yang biasa disebut dengan flu babi. Menurut Manshur Amir kepada
Islamonline, “lembaga kami telah menyediakan 3 juta masker dengan cara
persuasif dan baru bersamaan dengan penyajian buka puasa di Masjidil Haram
selama bulan Ramadhan.” Penggunaan masker terbukti efektif memelihara jamaah
haji dari debu dan virus penyakit seperti flu babi.
Bedanya,
masker ini bukan masker yang menutup seluruh bagian mulut sehingga mudah
memakainya dan sudah diujicobakan di Saudi Arabia dan hasilnya efektif mencegah
ragam penyakit dan virus pemakainya.
Seorang
pengunjung yang melaksanakan umrah Ramadhan, Fawaz Mahmud, mengatakan bahwa
masker seperti ini sangat mudah digunakan dan memang bisa menghalangi
tertularnya penyakit dan virus. Sementara itu, Kementrian Kesehatan Saudi
beberapa waktu lalu telah menjelaskan adanya 3 kasus suspect flu babi,
diantaranya menimpa seorang perempuan usia 28 tahun dan anak perempuan 11
tahun. Total warga Saudi yang tertular flu H1N1 adalah 595 kasus. Dan tingkat
kesembuhannya 90%.
Bila Allah Swt memberikan rezeki dan kelapangan hati, kita bisa berencana umrah sekaligus i’tikaf Ramadhan. Mungkin tidak di tahun ini, karena pihak kedutaan Saudi di berbagai negara juga memberi batas quota tertentu untuk umrah Ramadhan. ***
Majalah Tarbawi Edisi 212 Th. 11, Syawal 1430 H, 8 Oktober 2009 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar