Minggu, 13 Oktober 2024

Sahabatku, Kemanakah Engkau?

 

Sahabatku, Kemanakah Engkau?

Oleh Muhammad lili Nur Aulia

Sahabatku, Kemanakah Engkau?
Sahabatku, Kemanakah Engkau?

 

(Hal-63) Saya punya sahabat. Sahabat yang sangat saya muliakan dan saya rindukan. Pertama kali saya bertemu dan mengenalnya, saat masih kanak-kanak, di Damaskus. Tapi setelah itu, saya tak menemuinya lagi. Sampai saya tumbuh dewasa dan menjelajah ke berbagai penjuru dunia, saya tak menemuinya lagi.

Dahulu, saya begitu bahagia bertemu dengannya. Saya mencintai sahabat saya itu. Saya sangat berduka karena kehilangan dirinya. Kerinduan ini semakin bertambah padanya.

Sahabatku Ramadhan ... dimanakah engkau?

Saya selalu menghitung hari demi hari untuk bisa bertemu kembali dengannya, seperti anak kecil yang baru belajar berhitung. Dan jika ia datang, saya pun gembira, jiwa saya tertawa. Karena saya lihat, dunia pun ikut tertawa dan gembira dengan kehadirannya.

Rabu, 09 Oktober 2024

Melihat Indonesia Lebih Dekat

 

Melihat Indonesia Lebih Dekat

Oleh Edi Santoso

Melihat Indonesia Lebih Dekat
Melihat Indonesia Lebih Dekat

 

(Hal-36) Ide berkeliling Indonesia dengan sepeda motor ‘Honda win 100 cc’ terdengar agak gila, apalagi dengan bekal seadanya. Toh bagi wartawan senior Farid Gaban, perjalanan itu belum ada apa-apanya dalam hal risiko. Memang, mantan wartawan  Tempo dan Republika ini pernah menhadapi tantangan yang lebih besar karena harus mempertaruhkan nyawa, yakni saat meliput Perang Bosnia pada tahun 1993.

Bagi Farid, perjalanan bertajuk ‘Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa’ itu lebih merupakan upaya melihat Indonesia dari dekat. Bersama wartawan muda Ahmad Yunus, Farid mengurangi lebih 10.000 kilometer perjalanan keliling kepulauan (Hal-37) Indonesia selama hampir setahun penuh (2009-2010).

Sabtu, 05 Oktober 2024

I’tikaf Pertama Adik

 

I’tikaf Pertama Adik

I’tikaf Pertama Adik
I’tikaf Pertama Adik

(Hal-46) waktu itu sepuluh terakhir di bulan Ramadhan. Saya dan teman-teman biasanya janjian untuk beri’tikaf bersama di salah satu masjid terbesar di Jakarta. Tapi, saat hendak berangkat, adik perempuan saya waktu itu baru duduk di bangku SMP minta ikut i’tikaf. Atas izin ibu, akhirnya kami berangkat berdua.

Masjid waktu itu cukup ramai, apalagi ini malam ke 21. Setelah berwudhu, kami naik ke lantai dua, tempat khusus perempuan untuk beri’tikaf. Setelah shalat tarawih berjamaah, kami bergantian tilawah Al Qur’an. 

Sambil mendengarkan kajian, saya menjelaskan sedikit-sedikit tentang makna Ramadhan dan keutamaan I’tikaf. Saya bilang kalau nanti malam, sekitar 2 jam, akan ada shalat Tahajud berjamaah, renungan , dan dilanjutkan dengan sahur.