Senin, 19 Agustus 2024

Kita Butuh Payung Dakwah

 

Kita Butuh Payung Dakwah 

Kita Butuh Payung Dakwah
Kita Butuh Payung Dakwah


Partai Keadilan Sejahtera memang fenomenal. Meski digebuk habis-habisan dan diprediksi banyak kalangan pengamat dan lembaga survey bakal terlempar dari panggung politik alias tidak lolos Parliamentary threshold, tapi nyatanya PKS tetap bertahan. Posisi ini menunjukkan PKS sebagai partai kader tetap solid.

Pada pemilu pilpres kali ini PKS memutuskan mendukung pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Untuk mengetahui lebih dalam alas an PKS mendukung Prabowo-Hatta, wartawan sabiliku Eman Mulyatman mewawancarai langsung KH Hilmi Aminuddin di kediamannya di Lembang Bandung Jawa Barat. Berikut Petikannya:

Minggu, 18 Agustus 2024

Para Pencipta Kemakmuran

 

Para Pencipta Kemakmuran 

Oleh M. Anis Matta

Para Pencipta Kemakmuran
Para Pencipta Kemakmuran


(Hal-78)  lelaki kaya raya itu menangis tersedu-sedu, selama berhari-hari, menjelang kematiannya. Bukan karena ia takut mati. Atau sedih karena harus meninggalkan kekayaannya yang melimpah ruah. Ia justru sedih karena tak mengerti bagaimana menafsirkan makna kekayaan dan kemakmurannya.

Begini ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Ada sahabat Rasulullah Saw yang jauh lebih baik dariku, yaitu Mush’ab bin Umair, yang ketika wafat tidak meninggalkan harta sedikitpun juga. Ia bahkan tidak punya cukup kain kafan untuk menutupi jasadnya, hingga jika kepalanya ditutup maka kepalanya terbuka. Lalu apa artinya bahwa mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah ini sementara mereka tidak? Tidakkah kekayaan ini malah akan mengantarkan aku ke neraka?”

Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih

 

Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih 

Oleh M. Lili Nur Aulia

Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih
Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih 


(Hal-31)  Ibrahim An Nakh’i pernah menyampaikan kisah yang didengarnya dari Alqamah, seorang perawi hadits yang wafat tahun 62 H. “Aku pernah pergi ke Syam dan memasuki sebuah Masjid dan mengucapkan do’a, ”Allahumma yassir lii jaliisan shaalihan” (Ya Allah mudahkanlah bagiku untuk mendapatkan teman yang shalih). Aku lalu duduk begitu saja di salah satu tempat di Masjid tersebut. Tak lama kemudian datang seorang tua yang duduk di sampingku. Aku bertanya kepada jamaah yang lain, “siapa Dia?” Mereka memberitahu bahwa orang yang baru datang itu adalah Abu Darda radhiallahu anhu. 

Aku lalu mengatakan kepadanya, “Tadi aku berdoa kepada Allah Swt agar memudahkan bagiku mendapat teman duduk yang baik. Lalu ternyata Allah Swt memudahkanmu untuk bisa menjadi temanku.” “Dari mana Anda?” Alqamah menjawab,”Dari Kufah.” Abu Darda lalu bertanya (Hal-75) lagi, “Bukankah di antara kalian atau dari kalian, ada seorang penjaga rahasia yang tidak diketahui orang lain kecuali dirinya (maksud Abu Darda adalah Khuzaifah ra)?” Alqamah mengiyakannya. “Bukankah ada di antara kalian atau dari kalian orang yang dilindungi oleh Allah Swt dari syaitan melalui lisan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam (maksud Abu Darda adalah Ammar bin Yasir ra)? Alqamah mengiyakannya lagi.

Apa yang Sudah Kita Berikan untuk Kehidupan?

 

Apa yang Sudah Kita Berikan untuk Kehidupan? 

Oleh  DR. Ali Al Hammadi

Apa yang Sudah Kita Berikan untuk Kehidupan?
Apa yang Sudah Kita Berikan untuk Kehidupan? 


(Hal-64)  Di tahun 1930-an, ada seseorang mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi di Mesir. Ketika datang waktu shalat, ia segera mencari tempat untuk melakukan shalat. Ia bertanya kepada para mahasiswa lain dan ditunjukkan sebuah tempat untuk melakukan shalat. 

Tempat yang ditunjukkan itu bukan tempat yang biasa digunakan mahasiswa untuk belajar, melainkan sebuah ruangan kecil, ruangan bawah tanah yang pengap. Di sanalah tempat shalat yang ditunjukkan teman-temannya. Tapi ia tidak punya pilihan lain, kecuali pergi ke tempat itu dan shalat di ruangan itu. Ia sendiri merasa heran dengan rekan-rekannya yang tidak memperhatikan datangnya waktu shalat. Apakah mereka shalat atau tidak.

Sabtu, 17 Agustus 2024

Ramadhan di Unit Terapi dan Rehabilitasi Narkotika, Bogor

 

Ramadhan di Unit Terapi dan Rehabilitasi Narkotika, Bogor 

Oleh  Rahmat Ubaidillah

Ramadhan di Unit Terapi dan Rehabilitasi Narkotika, Bogor
Ramadhan di Unit Terapi dan Rehabilitasi Narkotika, Bogor


(Hal-58)  Ramadhan terus bergulir. Suasana kekhusu’an sangat terasa saat Tarbawi menyusuri perkampungan di sekitar Unit Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, di Jalan Raya Sukabumi, Bogor. Tadarus ayat-ayat suci Al Qur’an terdengar jelas dari pengeras suara Masjid. Beberapa orang laki-laki yang mengenakan sarung dan kopiah, larut dalam tilawah dan dzikir. Hamparan perkebunan pisang, menyambut kedatangan Tarbawi siang itu. Pusat rehabilitasi yang dibangun sejak 2005 ini diperkirakan sebagai yang terbesar, terlengkap dan termodern di Asia Tenggara. Hingga saat ini sudah bisa menampung 500 pasien narkoba dan akan dikembangkan lagi hingga kapasitas 1000 orang.

Di areal sekitar 11 hektare tersebut, terdapat banyak fasilitas, diantaranya rumah sakit, rehabilitasi sosial, labora (Hal-59) torium diagnostik, ruang penyembuhan berbasis keimanan dan sejumlah tempat ibadah. Unit rehabilitasi BNN ini juga menyediakan berbagai fasilitas penunjang seperti: ruang medical akupuntur, poli gigi, poli umum, penyakit dalam, poli neurologi, psikologis (detoksifikasi), konseling, psikiater dan rontgen. Bangunannya seluas 15.712 meter persegi yang diresmikan oleh Wapres Yusuf Kalla ini, terletak diatas lahan berbukit-bukit, di tepi Danau Lido.

Teknologi Semestinya Mendekatkan

 

Teknologi Semestinya Mendekatkan 

Oleh Edi Santoso

Teknologi Semestinya Mendekatkan
Teknologi Semestinya Mendekatkan


(Hal-44) Teknologi mempermudah, tetapi kadang juga membuat susah. Teknologi komunikasi bisa menghilangkan batas, tetapi sering juga membuat jarak. Teknologi seluler misalnya, jelas bisa mendekatkan banyak orang. Dengan segala fiturnya, telpon seluler menghubungkan orang secara lintas kota, pulau, bahkan lintas negara. Tetapi kadang juga menjauhkan. Lihatlah saat lebaran, orang cukup mengirimkan SMS permintaan maaf sebagai pengganti silaturahmi. Padahal mereka dalam satu kampung. “kosong-kosong ya, hehe...,” begitu saja salam silaturahmi mereka.

Teknologi memang membentuk peradaban. Setidaknya itu pendapat McLuhan mewakili paham determinisme teknologi. Sampai cara berpikir orang juga dibentuk oleh teknologi. Dulu di era mesin ketik misalnya, orang tak punya banyak pilihan dalam merevisi tulisan. Terlalu rumit dan merepotkan. Di masa itu, orang dituntut untuk berpikir linier, runtut, sistematis, dan rapi. Di masa komputer, semua berubah. Orang bisa melakukan copy paste dengan mudah. Jadilah orang cenderung berpikir zig zag, instant, dan acak.

Untuk Kesempurnaan I’tikaf

 

Untuk Kesempurnaan I’tikaf 

Oleh Sulthan Hadi

Untuk Kesempurnaan I’tikaf
Untuk Kesempurnaan I’tikaf 


(Hal-31)  Definisi I’tikaf

I’tikaf secara bahasa, adalah konsistensi dalam melakukan sesuatu dengan memusatkan fisik, hati dan pikiran dalam hal tersebut, baik itu dalam perkara yang baik maupun yang tidak baik. Allah berfirman,

“(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?”

(QS. Al Anbiya’: 52)

Atau juga diartikan sebagai sikap berdiam diri di suatu tempat untuk melakukan ibadah terhadap sesuatu itu. Tetapi yang dimaksud di sini adalah mendekati Masjid dan berdiam diri di dalamnya dengan niat untuk taqarub kepada Allah azza wa jalla.