Kemudahan Yang Menyulitkan[1][2][3]
(Hal-38) Dunia maya semakin
nyata. Orang terus berbondong-bondong, lebih dari eksodus, masuk ke ruang
virtual melalui internet. Pasti, jumlahnya melebihi angka imigrasi di manapun
dalam sejarah kehidupan manusia. Pertumbuhan internet jauh lebih tinggi
dibandingkan media-media lain. Tahun 1999, pengguna internet di dunia 250 juta
orang. Tahun 2008, populasi internet dunia menembus angka 1,5 milyar.
Lompatan angka pengguna internet itu juga berkorelasi dengan bertambahnya
kasus-kasus sebagai eksesnya. Seperti kasus perselingkuhan yang susul-menyusul,
seiring semakin terkoneksinya orang. Beragam modus dengan berbagai motif. Tetapi
pada awalnya adalah keterhubungan. Ya, kita tersambung dengan banyak orang. Sebagiannya
pernah kita kenal, sebagian yang lain memang baru kita kenal di dunia online
itu.
Keterhubungan sebenarnya adalah berkah, sebagaimana silaturahmi di dunia
nyata. Ada komunikasi yang tersambung lagi. Ada teman-teman baru yang menambah
daftar orang-orang di sekitar kita. Ada jaringan besar yang kita di dalamnya.
Maka ada peluang rezeki di dalamnya, juga peluang membangun harmoni dengan cara
yang berbeda. Ada keterbatasan yang teratasi. Ruang dan waktu tak lagi relevan
disebut sebagai penghalang. Di manapun, kapanpun kita bisa menjalin komunikasi.
Namun potensi itu bukan tanpa masalah. Keterhubungan yang luas memberikan
kita banyak pilihan. Kita semakin bisa berkomunikasi dengan siapa saja. Mungkin
kita dulu pernah membangun komunikasi yang intens dengan seseorang, kemudian
karena suatu sebab terputus, dan internet kembali menyambungkannya. Ada
kesempatan di depan mata kita. Pilihannya, muara mana yang hendak kita tuju.
(Hal-39) maka ada kisah cinta
yang terbangun kembali. Komunikasi telah membawa lagi kenangan yang terpendam.
Ada haru biru, goncangan perasaan, romantisme yang kembali datang. Terjalin
kembali hubungan asmara secara virtual yang sangat mungkin berujung di dunia
nyata.
Dengan karakternya yang impersonal, keterhubungan secara virtual bisa
membangun kedekatan secara lebih. Orang menjadi sangat terbuka dalam komunikasi
ini. Dia berani megungkapkan seluruh isi hatinya yang dalam dalam pertemuan
langsung mungkin sulit terjadi. Orang yang paling pendiam sekalipun berani
berterus-terang. Di sinilah muasalnya, ketika curahan hati itu bertaut. Ada
perasaan-perasaan terpendam yang kemudian tergali.
Komunikasi virtual juga membangun perasaan individual. Ketika seseorang
berkomunikasi dengan yang lainnya, dia merasa berada di sebuah line khusus,
tak ada yang tahu selain mereka berdua. Maka ada perasaan aman karena
menganggap pasangannya tidak tahu, begitu pula sebaliknya. Yang punya status
sosial tertentu, misalnya ulama atau tokoh masyarakat yang lain, tetap merasa
aman, karena merasa tak akan ada yang meruntuhkan kredibilitasnya.
Komunikasi virtual yang berjejaring global ini pun memberikan banyak
pilihan. Ada orang-orang baru yang selalu membuka dirinya untuk diajak
berbincang. Internet sangat mungkin menjadi ruang pelarian orang-orang yang
punya masalah komunikasi di dunia nyata. Ada remaja yang tak menemukan sosok
untuk mencurahkan isi hatinya kemudian bertemu sosok virtual. Atau, kisah
seorang istri yang gelisah dengan hubungannya yang gersang dengan suaminya
kemudian terobati oleh teman ngobrolnya di internet.
Begitulah, kemudahan yang ditawarkan internet bisa berujung pada kesulitan.
Pada masalah-masalah yang sejatinya kita ciptakan sendiri. Agar tak terjebak,
pastikan kita memiliki cara pandang yang konstruktif atas komunikasi virtual
itu. Pertama, batas antara maya dan nyata itu sebenarnya sangat tipis.
Naif kalau kita berpikir,’Toh ini Cuma virtual’. Semua berawal dari
sini. Kontak fisik kemudian adalah soal kesempatan semata yang menunggu untuk
diwujudkan.
Kedua, masalah-masalah kita di dunia nyata harus
selesai di dunia nyata juga. Membawa masalah ke dunia virtual hanya akan
menjebak kita pada uluran tangan-tangan tak bertanggungjawab. Ketiga, jangan
pernah berharap dunia virtual akan membangkitkan masa lalu. Masa lalu mungkin
indah dalam kenangan, tapi pasti mustahil diulang. Keempat, seberapapun
intensitas kita dalam dunia maya, kita tetap ada di dunia nyata. Kita harus
sadar bahwa kita masih hidup dengan orang-orang yang nyata, di sekitar kita.
Ada istri, suami, anak-anak, saudara dan yang lainnya. Yakinlah selalu, ada
implikasi dari setiap pilihan kita.
Jadi biarkan jejaring global itu menawarkan fitur-fitur yang kian memikat.
Manfaatkan saja kemudahan yang ditawarkannya. Manfaatkan seperlunya, semoga
tidak ada kesulitan diujungnya. (end)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar