Edi
Santoso[3]
(Hal-50)Melihat
perubahan yang menyertainya, memang beralasan jika muncul anggapan bahwa teknologi
mendeterminasi kehidupan manusia. Lihat saja fase-fase peradaban manusia, mulai
dari era agraris, industri hingga era informasi. Semuanya
dipicu, atau setidaknya ditandai, oleh kemunculan teknologi tertentu.
Kemunculan mesin uap misalnya,
telah mendorong tren produks imassal, yang kemudian menandai era industri. Barang-barang
produk manufaktur melimpah, dengan harga yang murah. Kekuatan ekonomi bertumpu
pada buruh, dengan kualitas utama berupa fisik dan stamina pribadi. Ketika
internet muncul, peta ekonomipun berubah. Informasi dan pengetahuan menyebar
luas, dengan figur sentral para pekerja intelektual.
Sekarang
kita bayangkan, teknologi hampir memungkinkan segalanya: kemudahan, kecepatan,
efisiensi. Lalu, dimana letak keunggulan seseorang tau sebuah komunitas, ketika
akses teknologi telah menjadi milik bersama? Misalnya otomatisasi yang
disediakan berbagai software, tiba-tiba menjadikan orang bisa melakukan
banyak hal. Kita mungkin tak perlu menjadi akuntan profesional untuk sekadar
menganalisis cashflow perusahaan kita. Banyak software yang siap
melayani. Bahkan untuk mendiagnosa penyakit, beberapa alat bisa menggantikan
kemampuan dokter.
Teknologi
mencerminkan kapasitas para pencipta dan penggunanya. Betapa proses yang rumit
dan panjang telah mengawali kemunculan teknologi. Tetapi begitu diterapkan, apa
yang menjadi pembeda antara pengguna teknologi dengan yang lainnya? Dalam
konteks produktivitas misalnya, apa yang layak kita unggulkan melalui teknologi
yang kita pakai, sementara kompetitor (hal 51) kita juga menggunakan perangkat
yang sama. Kita saat ini berada dalam puncak keunggulan teknologi. Maka, kata
Daniel H. Pink- pemikir bisnis, mereka yang unggul adalah mereka yang bisa
‘mengalahkan’ teknologi, maka itu harus menjadi sisi plus-nya.
Pink
lebih lanjut mengatakan, kemampuan teknik tinggi yang kita miliki membutuhkan
tambahan kemampuan konsep tinggi dan menyentuh hati. Konsep tinggi (high
concept) menyangkut kemampuan menciptakan keindahan yang artistik dan
emosional,mengenali pola dan kesempatan, memaparkan narasi yang memuaskan, dan
menggabungkan ide-ide yang seakan-akan tidak berkaitan menjadi penemuan baru.
Menyentuh hati (high touch) menyangkut kemampuan berempati, memahami
kepekaan interaksi manusia, menemukan kebahagian dalam diri sendiri,
menyebarkannya kepada sesama, dan kemampuan mengejar makna dan tujuan.
Jika
teknologi adalah merupakan produk otak kiri, maka keunggulannya terletak pada
otak kanan penggunanya. Seperti diceritakan pink, sekarang ini kurikulum medis
di Amerika sedang mengalami perubahan besar dalam sejarahnya. Para mahasiswa
kedokteran Colombia University dan perguruan tinggi lainnya, sedang mempelajari
‘pengobatan cerita’ karena riset memperlihatkan bahwa meskipun kekuatan
diagnosa ada pada komputer, bagian penting diagnosa terdapat dalam cerita si
pasien. Di Yale University, para mahasiswa kedokteran pun mempertajam kemampuan
observasi pada Pusat Karya Seni Inggris – Yale, karena mereka yang mempelajari
lukisan terampil mengatasi detail halus kondisi pasien.
Bahkan
dalam industri ‘kasar’ semacam otomotifpun, sentuhan seni merupakan hal yang vital.
Bob Lutz- eksekutif pada General Motor, ketika ditanya tentang pendekatannya,
mengatakan,”lebih dengan otak kanan, saya memandang kami sedang melakukan
bisnis seni. Seni, hiburan dan patung mobil, yang kebetulan menghasilkan alat
transportasi.”
Di era
kemelimpahan seperti saat ini, persaingan kian sengit didukung oleh globalisasi
yang makin nyata. Ketika teknologi telah menjadi milik bersama, keunggulannya
terletak pada kemampuan kita untuk menggunakannya bersama-sama dengan segenap
potensi otak kanan: emosi, intuisi dan kreasi. Inilah teknologi plus. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar