Jumat, 04 September 2020

Era Kolaborasi

Era Kolaborasi[1]

Edi Santoso 

(Hal-44) Perubahan teknologi komunikasi membawa perubahan mendasar, tak hanya cara kita berkomunikasi, tetapi juga dalam bidang lain, seperti dalam masalah sosial atau ekonomi. Jika Karl Marx mengandaikan perubahan struktur ekonomi sebagai faktor determinan dalam sejarah manusia, maka beberapa pakar menyebut perubahan teknologi komunikasi juga membawa dampak yang kurang lebih sama. Ketika teknologi membuat kita terkoneksi secara global misalnya, banyak perubahan dalam hidup kita sangat terasa.



Salah satu yang merasakan dampaknya adalah dunia ekonomi dan bisnis. Beradaptasi dengan tren teknologi atau akan perlahan mati. Itulah yang dirasakan oleh beberapa perusahaan besar, seperti Goldcorp Inc, sebuah perusahaan tambang dari Kanada. Investasi jor-joran sang CEO, Rob McEwen, tak kunjung membuahkan hasil. Para geolog perusahaan itu nyaris frustasi, sampai McEwen punya ‘ide gila’. Terinspirasi oleh pengembangan software open source, melalui internet, McEwen membuka tantangan pada siapapun untuk ikut berburu emas.

Data-data pertambangan yang sebelumnya sangat rahasia pun dibuka pada public. “Kami tak hanya memberikan data ekslusif, tetapi juga fundamental,” kata McEwen. Sebuah keputusan berani dan berisiko. Tak hanya para geolog yang terlibat, tetapi juga mahasiswa pasca sarjana, konsultan, matematikawan, anggota militer, dan lain sebagainya. Hasilnya sungguh mengejutkan. Sejak kontes dimulai ditemukan 8 juta ounce emas. McEwen menyimpulkan, kolaborasi telah memangkas waktu eksplorasi sekatar 2-3 tahun.

Dulu, kolaborasi yang kita kenal sangat terbatas lingkupnya, misalnya kolaborasi diantara keluarga, teman atau rekan kerja. Kalaupun ada yang mendekati angka missal, itu terjadi pada momen khusus, misalnya dalam isu-isu politik atau peperangan. Sekarang kondisinya berubah. Penulis buku ‘Wikinomics’, Don Tapscott dan Anthony. D. William, mengatakan, pertumbuhan aksetabilitas teknologi informasi telah menghasilkan alat bantu yang diperlukan bagi kolaborasi, penciptaan nilai, dan kompetisi ‘di ujung jari-jemari’ semua orang. Inilah yang membebaskan orang untuk ber (Hal-45) partisipasi dalam inovasi dan penciptaan kemakmuran di sektor ekonomi.

Kolaborasi tak selalu berorientasi ekonomi atau komersial, seperti dukungan para netizen pada para ilmuwan di Olson Laboratory yang mengembangkan obat penangkal AIDS. Para ilmuwan tersebut menggunakan sebuah komputer super untuk mengevaluasi prospek obat-obatan anti AIDS. Komputer ini merupakan bagian dari World Community Grid, sebuah jaringan global, di mana jutaan pengguna komputer personal menyumbangkan daya ekstra melalui internet untuk membentuk salah satu platform komputer paling kuat di dunia.

Semangat kolabarasi itu pula yang mengantar runtuhnya beberapa rezim tiran di Timur Tengah. Hal serupa juga terjadi di negeri kita untuk beberapa isu sosial politik, meski baru sebatas menggerakkan kedermawanan atau kepedulian sosial. Aksi-aksi kolektif tersebut adalah cermin bahwa kita bisa dipersatukan semangat kolaboratif untuk sebuah kepentingan bersama dengan capaian-capaian luar biasa.

Semangat kolaborasi tersebut sekaligus menjelaskan karakter dasar manusia sebagai makhluk sosial. Kita tidak mungkin bertahan di muka bumi ini tanpa ada kerjasama dengan manusia lainnya. Teknologi kemudian menjadi katalisatornya, dengan kemampuannya melipatgandakan rentang kolaborasi. Maka hokum jumlah berlaku, bahwa yang lebih banyak lebih baik dari yang sedikit. Semakin banyak yang terlibat, semakin banyak yang bisa berkontribusi. Semakin banyak yang bergabung, semakin beruntung.

Di era kolaborasi, tak ada lagi ekslusifitas informasi, sebagaimana Wikipedia yang meruntuhkan ‘kesombongan’ ensiklopedia-ensiklopedia kelas dunia. Melalui kolaborasi, Wikipedia kini setidaknya berlipatkali lebih besar dari Encyclopedia Britannica. Maka, kunci sukses tak lagi bermakna siapa yang memegang informasi, tetapi siapa yang bisa memanfaatkan kemelimpahan informasi.

Tapscott dan William mengatakan, sebuah perubahan telah menggiring kita pada sebuah dunia di mana pengetahuan, kekuatan, dan kemampuan produktif menyebar lebih luas ketimbang sebelumnya. Dunia di mana penciptaan nilai berlangsung cepat, lentur dan selalu mengacau. Dunia di mana hanya mereka yang terkoneksi saja yang dapat bertahan. Peralihan kekuasaan sedang berlangsung dan peraturan bisnis baru yang ketat mulai muncul: Raihlah kolaborasi baru atau binasa.***

 

 



[1] Majalah Tarbawi, Edisi 286 Th.14, Muharram 1434, 29 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar