Era
Kolaborasi[1]
Edi Santoso
(Hal-44) Perubahan
teknologi komunikasi membawa perubahan mendasar, tak hanya cara kita
berkomunikasi, tetapi juga dalam bidang lain, seperti dalam masalah sosial atau
ekonomi. Jika Karl Marx mengandaikan perubahan struktur ekonomi sebagai faktor
determinan dalam sejarah manusia, maka beberapa pakar menyebut perubahan
teknologi komunikasi juga membawa dampak yang kurang lebih sama. Ketika
teknologi membuat kita terkoneksi secara global misalnya, banyak perubahan
dalam hidup kita sangat terasa.
Salah satu yang merasakan dampaknya adalah
dunia ekonomi dan bisnis. Beradaptasi dengan tren teknologi atau akan perlahan
mati. Itulah yang dirasakan oleh beberapa perusahaan besar, seperti Goldcorp
Inc, sebuah perusahaan tambang dari Kanada. Investasi jor-joran sang CEO, Rob
McEwen, tak kunjung membuahkan hasil. Para geolog perusahaan itu nyaris frustasi,
sampai McEwen punya ‘ide gila’. Terinspirasi oleh pengembangan software open source, melalui internet,
McEwen membuka tantangan pada siapapun untuk ikut berburu emas.
Data-data pertambangan yang sebelumnya sangat
rahasia pun dibuka pada public. “Kami tak hanya memberikan data ekslusif,
tetapi juga fundamental,” kata McEwen. Sebuah keputusan berani dan berisiko.
Tak hanya para geolog yang terlibat, tetapi juga mahasiswa pasca sarjana,
konsultan, matematikawan, anggota militer, dan lain sebagainya. Hasilnya
sungguh mengejutkan. Sejak kontes dimulai ditemukan 8 juta ounce emas. McEwen
menyimpulkan, kolaborasi telah memangkas waktu eksplorasi sekatar 2-3 tahun.
Dulu, kolaborasi yang kita kenal sangat
terbatas lingkupnya, misalnya kolaborasi diantara keluarga, teman atau rekan
kerja. Kalaupun ada yang mendekati angka missal, itu terjadi pada momen khusus,
misalnya dalam isu-isu politik atau peperangan. Sekarang kondisinya berubah.
Penulis buku ‘Wikinomics’, Don Tapscott dan Anthony. D. William, mengatakan,
pertumbuhan aksetabilitas teknologi informasi telah menghasilkan alat bantu
yang diperlukan bagi kolaborasi, penciptaan nilai, dan kompetisi ‘di ujung
jari-jemari’ semua orang. Inilah yang membebaskan orang untuk ber (Hal-45) partisipasi
dalam inovasi dan penciptaan kemakmuran di sektor ekonomi.
Kolaborasi tak selalu berorientasi ekonomi
atau komersial, seperti dukungan para netizen pada para ilmuwan di Olson
Laboratory yang mengembangkan obat penangkal AIDS. Para ilmuwan tersebut menggunakan
sebuah komputer super untuk mengevaluasi prospek obat-obatan anti AIDS.
Komputer ini merupakan bagian dari World
Community Grid, sebuah jaringan global, di mana jutaan pengguna komputer
personal menyumbangkan daya ekstra melalui internet untuk membentuk salah satu
platform komputer paling kuat di dunia.
Semangat kolabarasi itu pula yang mengantar
runtuhnya beberapa rezim tiran di Timur Tengah. Hal serupa juga terjadi di
negeri kita untuk beberapa isu sosial politik, meski baru sebatas menggerakkan
kedermawanan atau kepedulian sosial. Aksi-aksi kolektif tersebut adalah cermin
bahwa kita bisa dipersatukan semangat kolaboratif untuk sebuah kepentingan
bersama dengan capaian-capaian luar biasa.
Semangat kolaborasi tersebut sekaligus
menjelaskan karakter dasar manusia sebagai makhluk sosial. Kita tidak mungkin
bertahan di muka bumi ini tanpa ada kerjasama dengan manusia lainnya. Teknologi
kemudian menjadi katalisatornya, dengan kemampuannya melipatgandakan rentang
kolaborasi. Maka hokum jumlah berlaku, bahwa yang lebih banyak lebih baik dari
yang sedikit. Semakin banyak yang terlibat, semakin banyak yang bisa
berkontribusi. Semakin banyak yang bergabung, semakin beruntung.
Di era kolaborasi, tak ada lagi ekslusifitas
informasi, sebagaimana Wikipedia yang meruntuhkan ‘kesombongan’
ensiklopedia-ensiklopedia kelas dunia. Melalui kolaborasi, Wikipedia kini
setidaknya berlipatkali lebih besar dari Encyclopedia Britannica. Maka, kunci
sukses tak lagi bermakna siapa yang memegang informasi, tetapi siapa yang bisa memanfaatkan
kemelimpahan informasi.
Tapscott dan William mengatakan, sebuah
perubahan telah menggiring kita pada sebuah dunia di mana pengetahuan,
kekuatan, dan kemampuan produktif menyebar lebih luas ketimbang sebelumnya.
Dunia di mana penciptaan nilai berlangsung cepat, lentur dan selalu mengacau.
Dunia di mana hanya mereka yang terkoneksi saja yang dapat bertahan. Peralihan
kekuasaan sedang berlangsung dan peraturan bisnis baru yang ketat mulai muncul:
Raihlah kolaborasi baru atau binasa.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar