Edi Santoso
(Hal-44) Saat
berkomunikasi, kata-kata yang kita gunakan bukan semata-mata untuk orang lain,
tetapi lebih-lebih adalah untuk kita sendiri. Melalui serangkaian penelitian,
Raymond Birdwhistle pada tahun 1970, membuktikan bahwa kata-kata yang kita
ucapkan kepada orang lain hanya mewakili 7 persen dari hasil yang kita dapatkan
dari komunikasi. Tetapi, kata-kata yang kita ucapkan sendiri, menghasilkan 100
persen hasil yang kita dapatkan dalam hidup kita.
Para ahli neuro linguistic banyak menjelaskan
bagaimana hubungan kata, otak, dan perilaku kita. Semua perilaku dikendalikan
oleh otak (pikiran), sementara otak bekerja melalui instruksi kata-kata kita
sendiri. Di sinilah kita akan bertemu dengan kata-kata yang memiliki daya getar
berbeda. Ada kata-kata yang berenergi tinggi dan rendah. Kata-kata yang
berenergi tinggi yang berdaya kuat seperti gembira, sukses, atau cinta,
bergetar dengan getaran yang lebih tinggi dan cepat, sehingga meningkatkan
perasaan senang kita.
Sementara itu, kata-kata berenergi rendah,
terutama kata-kata yang berkaitan dengan emosi negative seperti kesedihan atau
bersalah, beresonansi pada frekuensi yang lebih rendah. Kata-kata ini menyertai
pikiran dan perasaan berenergi rendah yang biasanya berupa keyakinan dan
model-model bawah sadar yang kita pegang untuk diri kita sendiri dan dunia.
Keyakinan ini bersifat kurang mendukung dan menghalangi kita dari kesuksesan,
misalnya,”Aku tidak bisa mengatasi masalah itu.” Atau “aku sulit mencapai
impianku.”
Mungkin tanpa kita sadari, perilaku kita
lebih banyak dipengaruhi oleh akal bawah sadar yang bekerja melalui gambar atau
symbol-simbol. Karenanya, kita harus menyusul symbol sedemikian rupa tentang
apa yang kita (hal-45)
hasratkan dan bukan sebaliknya. Ironisnya, kata-kata yang kita
ucapkan seringkali justru banyak berupa imaji yang sejatinya tidak kita sukai.
Misalnya, kita biasa menggunakan ungkapan “Jangan berisik”, “Masalahnya pelik”,
atau “Itu buruk”. Kata “Berisik”, “pelik” dan “buruk” akan langsung direspon
akal kita dan membawanya pada gambaran yang tak menyenangkan.
Untuk memberikan arti yang serupa, kita
sebetulnya memiliki banyak pilihan. Misalnya, kenapa tidak kita ganti dengan
“Bersikaplah yang tenang”, “masalahnya memang tidak mudah”, dan “Itu tidak
baik”. Kata “Tenang”, “Mudah” dan “Baik” berenergi tinggi, sehingga akan
direspon oleh akal secara positif dan kemudian membawa suasana hati yang lebih
menyenangkan. Jadi, apa yang harus kita lakukan sebetulnya sederhana, yakni
mengubah percakapan kita sehari-hari.
Kata-kata juga berkontribusi pada persepsi
kita atas diri kita sendiri. Bahkan menurut pakar neuro linguistic, Yvonne
Oswald, harga diri kita 100 persen bergantung pada dialog dalam diri kita
(kata-kata dan pikiran kita), yakni bagaimana kita berbicara dengan diri kita
sendiri, tentang diri sendiri di dalam benak. Hanya ada dua jenis pikiran, kata
Oswald, yakni pikiran yang memberdayakan dan pikiran yang tidak memberdayakan.
Pikiran yang memberdayakan adalah pikiran yang dipenuhi kata-kata positif.
Repotnya memang, ada pengalaman yang tidak bisa kita tolak, misalnya pengalaman
di masa-masa pengasuhan. Karenanya, tugas kita sekarang, menyeleksi mana
kata-kata yang harus kita singkirkan dan mana yang harus kita pupuk dalam diri
kita.
Dalam konteks relasi dengan orang lain,
kata-kata positif yang kita ucapkan ujung-ujungnya untuk kita sendiri.
Kata-kata berenergi tinggi, apalagi didukung bahasa nonverbal yang sesuai, akan
memunculkan respon positif juga, begitupula sebaliknya. Misalnya, ketika kita
mengucapkan,”Harap dipahami, saya bukannya benci anda,” maka kata ‘benci’ akan
segera masuk dalam pikiran lawan bicara kita, mengendap, dan seterusnya bisa
memunculkan suasana tidak nyaman saat berhadapan dengan kita. Coba kita ubah
redaksinya menjadi,”Saya hanya belum bisa memahami maksud baik anda”, pasti
akan memunculkan efek psikologis yang berbeda.
Sebuah kata memang terasa sederhana, tapi
bisa menjadi awal dari segala kejadian yang menimpa kita. Kata akan membangun
persepsi, sementara persepsi akan mengarahkan sikap-sikap kita. Maka, kata
Oswald, berikan kehidupan pada kata-kata kita, maka kata-kata itu akan
mendatangkan kehidupan, cinta dan sukses pada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar