Ayo Membaca!
Oleh Bambang S Wibowo
Trainer – Lembaga
Manajemen Terapan TRUSTCO
(Hal-26) Tahun 1987 saya mulai tertarik dengan membaca. Saat itulah kawan saya, dokter Budi S. Menginformasikan, di luar negeri (Jepang, Amerika) orang sudah mengembangkan sistem membaca cepat. Tahun 1990 saya menemukan buku “Sistem Membaca Cepat dan Efektif” yang sangat membantu meningkatkan keterampilan membaca saya.
Kebiasaan membaca saya pun banyak berubah. Barulah pada 1991, sewaktu saya belajar di Amerika, saya mendapatkan sesi ketrampilan membaca (Reading Skill). Kini saya sering terlibat dalam workshop untuk melihat kemampuan membaca cepat. Pada awalnya peserta rata-rata 120 kata per menit (kpm). Namun setelah diperbaiki, dalam waktu yang singkat kemampuan mereka dapat menjadi 300-400 kpm.
Ada baiknya anda melihat seberapa besar kemampuan anda dalam membaca. Caranya? Ambil sebuah artikel koran. Sediakan jam tangan atau sejenisnya, yang memiliki penunjuk waktu menitnya.
Bacalah artikel pilihan tersebut sampai selesai. Jangan lupa, catat
waktu anda mulai dan saat selesai keseluruhan artikel yang anda pilih. Lalu
hitunglah berapa jumlah kata yang anda selesaikan per satuan waktu yang anda
tempuh. Dari situ, anda akan tahu rata-rata kemampuan membaca anda dalam satuan
kpm. Mudah kan?
Baca Juga: Teknologi Semestinya Mendekatkan
Di luar negeri banyak sekali lembaga yang menyodorkan “paket Keterampilan Membaca Cepat” seperti kursus Evelyn Wood. Sejak tahun 1980 lembaga ini telah meningkatkan kecepatan membaca pesertanya rata-rata 600% dan 12% peningkatan pemahaman.
Peserta yang sebelumnya mendapat skor 200 kpm, sepulang dari pusat pelatihan itu kemampuannya meningkat menjadi 1.200 kpm. Contoh lain, apa yang dikembangkan Richard Welch yang mengklaim salah seorang anak didiknya mencapai 442 ribu kpm.
Sedangkan di Rusia, menurut Putu Wijaya (1997), konon ada teknis tertentu yang menjadikan seorang anak lima tahun menjadi fasih tiga bahasa, mengerjakan soal matematika setiap hari, dan mengetahui 400 kata baru setiap minggu. Begitu masuk sekolah, anak itu telah menguasai 40 bahasa dan hapal seluruh isi ensiklopedia Rusia.
Sedangkan Jimmy Carter, mantan presiden USA, kabarnya memiliki kemampuan
membaca 1.200 kpm. Bahkan yang berkembang saat
ini, untuk mengukur kekuatan keterampilan membaca tidak saja dihitung
berapa kata dalam satuan waktu (kpm), melainkan banyaknya gagasan atau ide yang
diperoleh dalam satuan waktu ketika membaca.
Teknik
SQ3R
Ada banyak cara dalam
membaca cepat. Agaknya, model SQ3R paling populer. Apa itu?
S-Survey.
Pertama kali saat anda membaca sebuah buku, misalnya mulailah
dengan membuat survey terhadap isi buku. Langkah ini berfungsi mempercepat
penangkapan arti, mendapatkan abstraksi, dan mengetahui ide-ide penting.
Baca Juga: Memahami‘Jarak’ Dalam Komunikasi
Q-Question.
Sesudah melewati tahap pertama, bangunlah
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi buku yang akan anda baca. Manfaatnya, meningkatkan
gairah emosional anda agar ingin menyelesaikan membaca dengan cepat. Gunakan
kata pemicu, seperti, Apa?, Dimana?, Kapan? Siapa? Atau Bagaimana?
(Hal-27) ketiga, R-Read. Setelah
melewati fase kedua, mulailah membaca. Jangan membuat tanda baca kecuali di
tempat yang penting dan akan bermanfaat untuk fase berikutnya. Jangan biasakan
melipat halaman buku, jangan menggaris berlebihan, atau memberi komentar yang
mengulang dari apa yang ditulis dalam buku.
R-Reclite
(Recall). Artinya, setiap anda selesai membaca setiap bagian,
berhentilah sejenak. Lalu cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan pada bagian
itu atau menyebutkan hal-hal penting dari bab itu. Anda bisa membuat catatan
seperlunya.
Kelima, R-Review. Setelah selesai membaca seluruh apa yang harus anda baca, ulangi kembali. Dengan menelusuri lagi judul atau pokok-pokok penting yang perlu diingat kembali. Anda juga bisa membangun ulang gagasan yang telah dibentuk selama membaca, melalui simbol atau catatan-catatan kecil yang telah anda buat.
Tahap ini sangat penting, karena
umumnya saat membaca orang dapat menguasai informasi sebesar 85% dari isi
bacaan. 8 jam kemudian turun tinggal 40%. Dan dalam tempo 2 minggu pemahaman
itu akan berkurang lagi hingga tinggal 20%.
Coba renungkan sejenak pada era informasi ini banyak sekali data cetak maupun elektronik yang dapat anda akses dari keterampilan membaca. Lebih dari 10 koran terbit setiap hari, belum lagi majalah dan buku-buku baru serta ribuan data yang mengalir melalui internet.
Baca Juga: MembacaBahasa Cinta
Berapa lama anda dapat mengakses seluruh informasi, anda harus
meningkatkan kemampuan membaca. Apalagi seperti yang dikatakan Juwono. S (1998)
keterampilan membaca juga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan pemikiran
konseptual. Keterampilan itu tercermin pada kegiatan merumuskan kata atau
ungkapan yang mewakili kenyataan hidup.
Membaca
dan Menulis
Membaca tak bisa dipisahkan dengan menulis. Keduanya bagai dua sisi mata uang. Ilmu yang kita baca ibarat binatang buruan, dengan tulisan kita mengikatnya. Bagi ummat Islam, membaca bukan hal yang baru. Ayat pertama yang turun berisi perintah membaca (QS 96:1-5).
Ulama-ulama besar terdahulu mempunyai keterampilan membaca sejak dini dan hasil tulisannya berjilid-jilid. Imam Nawawi misalnya, menulis banyak buku yang kalau seluruh karyanya dibagi dengan usianya, maka rata-rata setiap hari ia mengarah 16 halaman.
Lain lagi Ibnu Taimiyah. Meski lahir dan dibesarkan
ayahnya ditengah perang gerilya melawan Mongol, ia tetap rajin belajar, membaca
dan mengarang buku. Sayyid Quthb hafal Al-Qur’an sejak usia 4 tahun. Dan ketika
dipenjara, ia menulis karya besarnya, fi Dzilalil Qur’an. Demikian juga
Prof. Buya Hamka, karyanya sangat banyak, termasuk karya besarnya selama di
penjara, Tafsir Al-Azhar.
Maka, wajar bila seorang pemikir besar semisal Hasan al-Banna, meletakkan pemahaman (alfahmu) sebagai rukun pertama yang harus dimiliki oleh seorang dai. Dan kapasitas alfahmu seorang dai berkorelasi linier dengan kemampuan membacanya.
Menurutnya, pemahaman ini
harus ditunjang lagi dengan 3 point utama. Seorang dai hendaknya selalu membaca
Al-Qur’an, mengembangkan skill membaca Al-Qur’an, mengembangkan skill membaca
dan menulis, serta memiliki perpustakaan pribadi.
Baca Juga: Interaksi, Variasi dan Harmoni
Kini, hidup berubah sangat cepat, tak menentu dan semakin kompetitif. Perubahan itu mengakibatkan grafik permasalahan baru tumbuh lebih cepat dibandingkan angka kemampuan kita menyelesaikan masalah.
Untuk mengantisipasi ledakan permasalahan itu, kita perlu mengenal model belajar “just in time learning.” Intinya ketika ada masalah, saat itu juga kita harus mampu menjawabnya dengan baik.
Dan, jangan lupa, membaca merupakan alternatif terbaik untuk mendapatkan informasi bagaimana memecahkan permasalahan, selain, menjadi model pembelajaran (learning model) yang paling efektif, untuk mengubah orang dari tidak tahu menjadi tahu. Wallahu a’lam bishawab.
Majalah Tarbawi, Edisi 001 Th.I, Shafar 1432, 31 Mei 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar