Nikmatnya Berdoa
(Hal
81) “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku. Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka berima kepada-Ku,
agar selalu berada dalam kebenaran.”
(QS
Al Baqarah: 186)
Tahukah anda? Ayat tersebut letaknya dimana? Ayat ini terletak antara ayat-ayat puasa dalam bulan Ramadhan, antara surat Al Baqarah ayat 185 tentang Ramadhan dan Surat Al Baqarah ayat 187 tentang halalnya hubungan suami istri di malam-malam bulan Ramadhan.
Apa yang dapat anda pikirkan dan renungkan (Hal 82) tentang
ayat ini? Tidak lain bahwa ayat ini menjamin terkabulnya doa oleh Allah SWT.
Hal ini karena ayat ini terletak di ayat-ayat Ramadhan yang mengisyaratkan
keistimewaan doa di bulan Ramadhan dan jaminan dikabulkannya doa dan dekatnya
Allah SWT dengan hamba-Nya yang berpuasa.
Doa
menurut Ar Raghib Al Isfahani adalah seruan, panggilan atau permohonan yang
ditujukan kepada Allah yang dilakukan seorang hamba untuk mendapat pertolongan
dan solusi dari Allah SWT.
Baca Juga: Jadilah Orang yang Paling Dermawan
Saudaraku
...
Doa
adalah jiwanya ibadah. Karenanya hampir semua ibadah yang diwajibkan oleh Allah
SWT berisi dan mengandung doa di dalamnya. Tidak ada ibadah tanpa doa. Doa
selalu menyertai setiap ibadah. Mengapa? Karena doa adalah penyembahan dan
penyerahan diri, nasib dan masa depan kepada Allah SWT.
Doa adalah otaknya ibadah. Bahkan tidak ada ibadah yang Allah wajibkan bagi umat manusia kecuali di dalamnya terdapat doa. Ibadah shalat, di dalamnya ada doa, bahka sholat secara bahasa berarti doa.
Dalam zakat ada doa agar diterima
pahalanya. Di dalam puasa ada doa yang dibaca pada waktu sahur dan ifthar. Di
dalam haji ada terdapat banyak doa yang diucapkan dalam setiap manasiknya. Doa
sangat mendominasi semua isi ibadah manusia. Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan
hamba Allah yang paling sombong adalah yang tidak mau berdoa pada Allah SWT.
Rasululullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya
doa itu adalah ibadah, kemudian beliau membaca firman Allah SWT: Berkata
Tuhan-Mu: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.”
(HR.
Ahmad)
Ibnu
Qayim Al Jauziyah dalam kitabnya Madarijussalikin fi manazil baina
iyyakana’budu waiyyaka nastain, menjelaskan bahwa inti dari dari surat Al
Fatihah adalah pada ayat:
“Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.”
(QS
Al Fatihah: 5)
Mengapa
satu ayat menjadi inti dan subtansi Al Qur’an 30 Juz? Karena ayat ini mengandung dua prinsip utama
hubungan hamba dan sang Khaliq Allah SWT, hubungan itu adalah menyembah dan
meminta hanya kepada Allah tidak pada lainnya.
Baca Juga: Dzikir yang Menentramkan Hati
Para Nabi dan Rasul, setiap menghadapi tantangan dakwah dan kezaliman para musuhnya, maka mereka langsung berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT. Mereka mengadukan semua penderitaan di jalan Allah yang mereka alami kepada Allah SWT.
Karenanya para
Nabi dan para Rasul serta generasi sahabat dan salah shaleh, sangat menikmati
munajat dan doa mereka serta rintihan dan keluhan mereka kepada Allah SWT.
Mereka
bercumbu dengan Allah lewat senandung doa, mereka melepas seluruh isi hati dan
keluhan mereka dengan untaian doa dan munajat. Sampai saat ini doa-doa mereka
dikenal dan dihapalkan dari generasi ke generasi sepanjang masa.
(Hal
84) diantara doa nabi Ibrahim as untuk keluarga dan
keturunannya adalah doa agar mereka selalu mendirikan shalat dan menjaganya.
Firman Allah:
“Ya
Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
(QS
Ibrahim: 40)
Lihat dan
renungkan salah satu doa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau dan
sahabatnya di tolak dan diusir paksa dari negeri Thaif:
“Yaa
Allah ... Sesungguhnya aku hanya mengadukan dan mengeluhkan nasib dan masalahku
kepada-Mu ... Aku mengadu kepada-Mu atas kelemahan dan sedikitnya kemampuanku
... Aku mengadu kepada-Mu atas hinaan manusia kepadaku ... Seandainya bukan
karena takut terhadap murka dan azab-Mu, maka aku tidak akan peduli ya Allah
...”
Baca Juga: Ramadhan Bulan Hidayah dan Ibadah
Lihat
pula doa dan pujian Ali bin Abi Thali ra ketika bermunajat:
“Yaa
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ... Wahai teman ketika susah, wahai
penghibur di saat sendiri dan sepi, wahai zat yang memelihara nikmat dalam diri
ku, wahai pelindung jiwa ragaku, ... wahai pemusnah kesedihanku ... wahai ...
Dan seterusnya.”
Lihat
pula doa dan pujian Ibrahim bin Adham:
“Maha
Suci-Maha Suci Engkau Yaa Allah ... Wahai yang Maha Tinggi dan Maha Agung ...
Wahai Yang Maha Kasih dan Maha Sayang .... Wahai yang Maha Perkasa dan Maha
Memaksa ... Maha Suci Engkau yang telah membuat langit bertasbih dengan
terbentang luasnya, Maha Suci Engkau yang telah membuat lautan bertasbih dengan
Ombaknya, (Hal 85) Maha suci Engkau yang telah membuat gunung-gunung
bertasbih dengan pasaknya ... dan seterusnya.”
Lihat
pula doa seorang Dai Rabbaniy, Imam Syahid Hasan Al Banna:
“Yaa
Allah sesungguhnya Engkau telah mengetahui hati-hati ini telah bertemu dalam
cinta pada-Mu, berhimpun dalam taat pada-Mu, bersatu padu dalam mendakwahkan
risalah-Mu, berjanji setia dalam menolong syariat-Mu ... Maka kuatkanlah
ikatannya ... kekalkanlah cintanya ... beri petunjuklah menuju jalan-Mu ...
penuhilah hati mereka dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup. Lapangkanlah
dadanya dengan sinaran iman kepada-Mu, dan indahnya tawakkal kepada-Mu,
hidupkanlah hati-hati ini dengan ma’rifah kepada-Mu, dan matikanlah dalam
keadaan syahid di jalan-Mu ...”
Mengapa
kita harus berdoa kepada Allah SWT?:
1.
Karena Allah SWT memerintahkan
manusia hanya menyembah dan meminta kepada-Nya.
2.
Karena Allah SWT mencintai
orang-orang yang selalu berdoa dan memohon serta menggantungkan dirinya
pada-Nya.
3.
Karena doa adalah inti ibadah,
tidak ada ibadah tanpa doa.
4.
Karena doa adalah sarana dan
media interaksi hamba dengan Allah SWT.
5.
Karena doa dapat menolak bala’
dan azab Allah SWT.
Sumber:
buku Tarbiyah Ramadhan. 30 Materi Karakter Muttaqin. Oleh DR. H. Khairan
Muhammad Arif, M. Ed, Pustaka Ikadi.
Baca Juga: Keberkahan Bernama Ramadhan Itu Telah Tiba

Tidak ada komentar:
Posting Komentar