Rabu, 14 Mei 2025

SDM Amal Profesional

  

SDM Amal Profesional
SDM Amal Profesional 

Oleh B. S Wibowo, Dipl. Rad. SKM    

(Hal 22) Untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam segala sisi kehidupan, tak cukup hanya berbekal keshalihan individu. Tidak juga sebatas kebersihan moral dan komitmen niat. Semua itu harus didukung dengan SDM yang punya keshalihan kolektif, dapat mengembangkan diri, dan mampu beramal dengan profesional.

Ada beberapa alasan kuat mengapa umat Islam dan pekerja dakwah khususnya semakin dituntut memiliki hal-hal tersebut diatas. 

Selain karena saat ini para kader da’wah telah bekerja di banyak penjuru profesi, juga karena saat-saat mendatang ummat Islam akan berhadapan dengan perubahan yang cepat dan sulit diprediksi. Kompetisi dalam berbagai bidang akan lebih ketat. Belum lagi ledakan penduduk, era pelayanan pelanggan, dan perubahan teknologi yang canggih.

Tulisan ringkas berikut ini, semoga bisa meningkatkan kualitas SDM dalam da’wah, menuju amal profesional.

Empat Kelompok SDM

Dalam pekerjaan, umumnya ada empat kelompok SDM. Level pertama: Pimpinan puncak. SDM di bagian ini berfungsi merumuskan visi, misi, tujuan utama, strategi utama, dan arah pengembangan lemaga yang dikelola.

Baca Juga: Allah, Mudahkan Aku Mendapatkan Teman yang Shalih

Level kedua: Pimpinan Menengah. SDM pada level ini bertugas menerjemahkan hasil pekerjaan para pimpinan di level puncak menjadi strategi dan perencanaan program sesuai dengan fungsi manajemen yang matang.

Level Ketiga: SDM pada level ini bertugas menerjemahkan perencanaan operasional dalm bentuk rencanadan yang detail dan rinci.

Level Keempat: Kelompok Pekerja. SDM pada level ini bertugas menjalankan segala detail kegiatan yang telah direncanakan.

Keahlian masing-masing level

Setidaknya ada tiga keahlin utama yang harus dimiliki seluruh SDM pada level di atas: Keahlian Konsepsi (Konseptual Skill) Keahlian Hubungan Antar Manusia (Human Skill), dan Keahlian Teknik (Technical Skill). Setiap level di atas membutuhkan porsi keahlian yang berbeda.

Level Pimpinan Puncak: jika Anda di posisi ini, maka konseptual skill yang diperlukan meliputi: kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan skill kepemimpinan. 

Human Skill  yang diperlukan: kemampuan menyampaikan gagasan pada orang lain, mengarahkan orang, dan mengatur orang lain. Adapun Technical Skill  antara lain: kemampuan segmentasi produk dan pemasaran.

Baca Juga: SudahMembuka Lembar Keberapa?

Level Pimpinan Menengah: jika Anda pada  posisi ini maka skill konsepsi yang diperlukan antara lain: kemampuan pengawasan, pengendalian, perencanaan dan pengorganisasian. 

Human Skill yang diperlukan, contohnya: kemampuan menyampaikan gagasan kepada orang lain, pengaturan sistem bonus dan kompensasi serta kemampuan memimpin. Sementara technical skill, antara lain melakukan pekerjaan staf, pekerjaan produksi, analisa keuangan, memanfaatkan informasi untuk strategi dan pemasaran.

Level Pimpinan Bawah: jika Anda pada (Hal 23) posisi ini, Skill Konsepsi yang diperlukan: kemampuan pengendalian. Untuk Human skil, ada beberapa keahlian, seperti kemampuan menjadi koordinator, memberi motivasi dan memimpin.

 Adapun technical skill tak jau berbeda dengan level sebelumnya. Anda perlu keahlian dalam produksi, manajemen keuangan, pemasaran, mengolah data menjadi informasi.

Level Pekerja: jika anda pada posisi ini, skill konsepsi yang anda perlukan tak seberat pada level-level di atas. Anda hanya perlu kemampuan menerjemahkan perintah serta membaca gagasan partner dan teman anda.

Sedangkan untuk Human Skill, Anda dituntut mampu menjadi bawahan yang baik, partner yang aktif dan setia untuk bekerja dalam team. Untuk kemampuan teknik, keahlian seperti dalam bidang produksi pemasaran, pengelolaan keuangan, mengoleksi informasi, dan menangani kesalahan teknis seharusnya Anda kuasai.

Baca Juga: SepertiEngkau Malu Terhadap Orang Shalih

Untuk dapat beramal secara profesional tingkat dinamika individu dari berbagai level SDM yang ada harus diperhatikan (lihat gambar 1). Karena keberadaan individu sangat mempengaruhi pekerjaan utama yang harus dikerjakan.

Dengan tiga macam keahlian di atas (konseptual skill, Human skill, technical skill) diharapkan sebuah amal dapat diperpendek waktunya. Ia juga berguna untuk menyimpelkan dan memudahkan sistem, menghemat uang, meningkatkan produktivitas, membuat produk lebih berkualitas dan peduli lingkungan, membuat pelanggan lebih puas, dan lain sebagainya.

Apapun profesi kita, lembaga kita, produk kita, serta level pekerjaan kita, tak mungkin bisa berjalan dengan baik tanpa keterampilan dan keahlian di atas.  Lebih-lebih kita bekerja di ”perusahaan da’wah” yang secara ekonomi non profit. Sedang secara produk, ia tidak mengeluarkan barang, tapi jasa, yaitu mendidik dan menda’wahi orang ke jalan yang benar.

Peranan Penting Pemimpin

Setiap kita adalah pemimpin, di level manapun kita berada. Minimal kita adalah pemimpin untuk diri kita sendiri. Karenanya, selain tiga keahlian utama di atas, ada tiga fungsi utama pemimpin yang juga harus anda perhatikan. 

Pertama, Pathfinding (pencari alur). Artinya, seorang pemimpin harus punya visi jauh ke depan untuk menentukan masa depan lembaga. Ia harus punya intuisi. Mampu mmengolah data menjadi analisa dan mampu membuat the strategis pathway.

Kedua, Aligning (Penyelarasan). Yaitu kemampuan dalam menyelaraskan kultur, struktur, sistem, dan proses operasional organisasi yang dipimpinnya. Di sisi lain, seorang pemimpin harus mendorong orang untuk mampu menghayati pemahaman dan kebutuhan dari lembaganya. Bila iklim ini terjadi, maka semua komponen SDM yang terlibat dalam organisasi akan terpanggil untuk berbuat secara kontinyu bagi organisasi.

Ketiga, Empowerment (Pemberdayaan). Yaitu kemampuan seorang pemimpin untuk mengetahui dan mengungkap potensi orang lain, kemudian memberdayakan kemampuan itu secara sinergis antara satu orang dengan yang lain. Setiap orang dianugerahi Allah berbagai macam bakat, kecerdikan, kecerdasan, kreativitas, dan potensi-potensi lain yang luar biasa. Dan, peranan pemimpin untuk menggali potensi-potensi itu sangatlah besar.

Wallahu a’lam bishawab.


 Majalah Tarbawi, Edisi 002 Th.I,  Rabiul Akhir 1420, 20 Juli 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar