Minggu, 30 Agustus 2020

Maafkan Aku

Maafkan Aku...  

Oleh M lili Nur Aulia

[Hal-76] Meminta maaf. Itu akhlak orang-orang besar dalam sejarah. Sikap tokoh-tokoh yang terhormat sepanjang zaman. Ciri orang-oran yang percaya pada diri sendiri. Ya meminta maaf, sikap yang sulit dimiliki kecuali orang-orang besar yang mempunyai kekuatan hati, kepercayaan diri, keberanian dan memahami etika yang baik dalam berhubungan dengan orang lain. Hidup ini tanpa akhlak meminta maaf, akan penuh ketegangan, kerisauan dan kegelisahan. Meminta maaf memang hanya milik orang-orang besar. Kenapa?



Karena meminta maaf berarti mengakui kesalahan. Sedikit orang yang mengakui berbuat salah dihadapan orang lain, kecuali orang-orang besar. Karena meminta maaf artinya bertanggungjawab atas kesalahan yang telah dilakukan. Ini juga berat dilakukan, kecuali hanya bisa dilakukan oleh orang-orang besar, yang kuat dan konsisten menanggung kesalahan. Karena meminta maaf itu memerlukan kesiapan mental yang kuat untuk melakukannya dan dari itu tidak [Hal-77] mungkin dimiliki kecuali oleh orang-orang besar yang bisa mengontrol dan menguasai perasaannya. Karena meminta maaf adalah sikap untuk memelihara perasaan orang lain agar tidak tersakiti, serta segera memperbaiki kesalahan. Itu juga tidak bisa dilakukan sembarang orang kecuali oleh orang-orang besar.

Kita Kembali Bersua

Tahiyat (Salam Redaksi) – 259[1]

Assalamualaikum Wr Wb

Pembaca, Alhamdulillah,  kita kembali bersua. Terasa lama sekali kami tak menyapa Anda, karena ada libur Idul Fitri yang kita semua pasti melewatinya. Sampai-sampai ada SMS yang masuk ke kami,”Tarbawi kok lama liburnya ya, sudah tidak sabar menunggu inspirasinya.” Kami bahagia, tentu saja, kehadiran Tarbawi selalu dinanti. Insya Allah, Tarbawi tak akan lelah menjadi teman Anda dalam berbagi.



Di bulan syawal ini kita semua berharap ada peningkatan amal dan semangat setelah satu bulan dibina dalam ‘madrasah Ramadhan.’ Setelah libur, mungkin juga sama dengan sebagian besar Anda, kami membangun semangat kerja kembali melalui acara silaturrahmi. Di forum semacam inilah, para pemimpin Tarbawi memberikan nasihat dan arahan-arahan kepada semua bagian. Selain saling bermaaf-maafan dan juga makan siang bersama, acara silaturrahmi pada akhirnya menjadi wahana pembangkit semangat.

Pembaca, tak henti-hentinya kami mengucapkan banyak  terima kasih atas kritik dan masukan Anda. Sungguh, kami merasa sangat diperhatikan. Lebih dari itu, segala masukan baik lewat email, SMS, Ataupun disampaikan secara langsung, bagi kami adalah input untuk terus memperbaiki diri. Kami sadar masih banyak kekurangan, karena itulah kami tak pernah berhenti untuk berbenah.

Beberapa pekan terakhir, kabar bahagia sampai ke meja redaksi. Rekan kami, Hendy staff bagian umum, mendapatkan amanah berupa anak pertama, beberapa hari menjelang lebaran. Hal serupa juga dialami Farid- Layouter Tarbawi yang mendapat anugerah bayi seusai lebaran. Kita doakan, semoga keduanya menjadi anak soleh dan solehah, kebanggaan umat.

Intanshurullaha yansurkum wayutsabbitaqdamakum

Redaksi

 



[1] Majalah tarbawi Edisi 259 Th. 13, Dzulqaidah 1432 H, 6 Oktober 2011 M. Hal-1

Amal Unggulan

 

Selasar (Tarbawi Tahun Lalu) – 259

Tarbawi edisi 96 Th. 5 1425 H/ 28 Oktober 2004 M

Ada banyak bentuk amalan unggulan. Yang dengannya kita memohon kepada Allah untuk diterima. Tetapi masalahnya bukan terletak pada apa jenis amal-amal itu, tapi lebih pada sejauh mana kita mampu memilih dan menjalani pilihan amal dan karya unggulan itu.






Bermacam amal unggulan pernah dikisahkan, dilakukan oleh bermacam orang. Dari ulama besar hingga orang biasa. Dari tokoh ternama hingga orang-orang yang diriwayatkan tanpa nama. Tidak hanya pada aspek orangnya bahwa amal unggulan bisa dilakukan oleh orang terkenal atau orang biasa. Orang hebat atau orang dengan banyak keterbatasan. Tapi jug pada jenis amalnya. Artinya, terkadang, kita memang mendapati sebentuk contoh amalan unggulan yang benar-benar hebat. Tapi kita juga melihat dalam riwayat lain, betapa sebuah amal yang terkesan sederhana bisa menjadi amal unggulan. Namun, secara ikhtiar, kita harus terus mengejar amal unggulan  yang kita yakini masing-masing. Dengan mengacu dan bercermin pada orang-orang besar.

Sebelum segala berakhir, rintislah amal-amal unggulan kita di sini, di dunia ini, ada banyak jalan dan cara. Apapun hasilnya, setidaknya kita telah berusaha.

“Aku menangis bukan karena takut mati atau karena kecintaan ku kepada dunia. Akan tetapi, yang membuatku menangis adalah kesedihanku karena aku tidak bisa lagi berpuasa dan shalat malam.”

‘Amir bin ‘Abdi Qais

“Usia dan hembusan nafas kita sangat terbatas. Yang sudah pergi berlalu takkan kembali.”

Ibnu Atahaillah

“Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukannya, dan akan mencoba kembali untuk melakukannya dengan cara berbeda.”

Dale Carnagie

“Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan adalah membagi waktu dengan lebih cermat.”

George Downing   

 



Majalah tarbawi Edisi 259 Th. 13, Dzulqaidah 1432 H, 6 Oktober 2011 M. Hal-3

Drama


Drama  

Sejak semula hidup memang drama. Dalam maknanya yang nyata, kita tak kekurangan kisah dan cerita. Berjuta peristiwa memenuhi seluruh hari-hari yang pernah datang. Di sini, di sana, di situ dan di mana saja. Bermacam suasana datang dan pergi menghampiri setiap jiwa.

Drama
Drama

Kini kita hidup di era industri drama. Begitu banyak realitas yang direka ulang untuk kepentingan panggung. Beragam unsur dan kepentingan tumpah ruah di sana; uang, popularitas, rating, kue iklan, penokohan, adrenalin, tren gaya, citra, pesan titipan, misi tersembunyi, perang media, persaingan akses dan seterusnya. Maka hidup tidak cukup dipotret sebagai drama nyata apa adanya. Tapi diciptakan dramatisasi yang bahkan dramatis.