Para Pencipta Kemakmuran
Oleh M. Anis
Matta
Para Pencipta Kemakmuran |
(Hal-78) lelaki kaya raya itu menangis tersedu-sedu,
selama berhari-hari, menjelang kematiannya. Bukan karena ia takut mati. Atau sedih
karena harus meninggalkan kekayaannya yang melimpah ruah. Ia justru sedih
karena tak mengerti bagaimana menafsirkan makna kekayaan dan kemakmurannya.
Begini ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Ada sahabat Rasulullah Saw yang jauh lebih baik dariku, yaitu Mush’ab bin Umair, yang ketika wafat tidak meninggalkan harta sedikitpun juga. Ia bahkan tidak punya cukup kain kafan untuk menutupi jasadnya, hingga jika kepalanya ditutup maka kepalanya terbuka. Lalu apa artinya bahwa mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah ini sementara mereka tidak? Tidakkah kekayaan ini malah akan mengantarkan aku ke neraka?”