Selasa, 24 September 2024

I’tikaf Bersama Muallaf

 

I’tikaf Bersama Muallaf

I’tikaf Bersama Muallaf
I’tikaf Bersama Muallaf

(Hal-47) memasuki 10 hari akhir Ramadhan, saya bermaksud untuk I’tikaf setelah beberapa waktu berkutat dalam pekerjaan. Seorang ibu paruh baya berjilbab, berpakaian rapi dan berwajah khas wilayah timur berdiri di samping saya terlihat gelisah. Daripada melamun akhirnya saya putuskan untuk menyapa dan sedikit mengobrol. Ternyata Bu Nur, begitu ia memperkenalkan diri kebetulan juga sedang menuju tempat yang sama.

Pembicaraan terus bergulir. Ia dan suaminya telah I’tikaf sejak hari pertama Ramadhan dan hanya sesekali keluar masjid untuk kepentingan mendesak. “Hebat sekali!” begitu pikir saya. Rasa takjub saya tak terhenti sampai di situ. Setelah kami terdiam beberapa lama, Bu Nur berucap lirih,”Sebenarnya saya muallaf...”

Kamis, 19 September 2024

Rasa Ingin Tahu

 

Rasa Ingin Tahu

Oleh Edi Santoso

Rasa Ingin Tahu
Rasa Ingin Tahu

 

(Hal-48) selalu ingin tahu. Begitulah karakter dasar manusia. Karena selalu ingin tahu, hidup manusia berkembang, dengan lahirnya beragam ilmu pengetahuan. Manusia terus tertantang untuk menjawab misteri yang ada dalam dirinya (mikrokosmos) maupun di luar dirinya (makrokosmos). Karena selalu ingin tahu, manusia tak pernah berhenti untuk berpikir, bertanya dan mencoba, sehingga muncul berbagai macam observasi (penelitian) untuk memberikan jawaban-jawaban.

Namun, rasa ingin tahu tak melulu pada persoalan serius seputar hidup manusia, kadang juga pada masalah remeh-temeh, misalnya tentang kehidupan orang lain. Orang lain seringkali bukan siapa-siapa, bukan sanak saudara kita. Mereka mungkin para pesohor, orang-orang yang bertabur popularitas. Kita bisa jadi tak punya urusan dengan mereka, tetapi anehnya kita selalu ingin tahu tentang hidupnya, bahkan sampai hal-hal yang paling pribadi.

Sabtu, 14 September 2024

 

Maafkan Kami, Ramadhan Jika Ibadah Kami Sangat Jauh dari Mereka

Oleh Sulthan Hadi

 

Maafkan Kami, Ramadhan Jika Ibadah Kami Sangat Jauh dari Mereka
Maafkan Kami, Ramadhan Jika Ibadah Kami Sangat Jauh dari Mereka

(Hal-21) Ramadhan, adalah anugerah Allah kepada kita. Ia teramat istimewa dalam segala hal, dan teramat istimewa apa saja yang ada bersamanya, terlebih ibadah-ibadah yang disyariatkan secara spesial. Karena itu, Ramadhan layak dihormati, diistimewakan, dan dirindu oleh siapa pun.

(Hal-22) Siang harinya adalah saat-saat merengkuh kemuliaan lewat puasa yang ditunaikan secara tulus dan ikhlas. Puasa itu ibadah yang istimewa, karena akan menjadi penebus kesalahan-kesalahan kita yang berserak di hari-hari sebelumnya. Kafarat bagi kekhilafan-kekhilafan kita dalam memperlakukan keluarga, harta, dan tetangga, serta kekhilafan kita yang lain.

Jumat, 13 September 2024

Maafkan Kami, Jika Belum Banyak Berbagi

 

Maafkan Kami, Jika Belum Banyak Berbagi

Oleh Sulthan Hadi

 

Maafkan Kami, Jika Belum Banyak Berbagi
Maafkan Kami, Jika Belum Banyak Berbagi

(Hal-29) Ramadhan tidak hanya kita kenal sebagai bulan ibadah. Ia juga simbol kedermawanan. Allah Swt memperlihatkan kemurahan-Nya di dalam hari-harinya dengan limpahan rahmat-Nya, maghfirah-Nya, dan pembebasan-Nya dari api neraka, dan menjadikan yang terbaik di antara manusia, yang paling pemurah dan paling banyak berbagi. Prestasi itu kemudian disematkan kepada Rasulullah Saw, karena kemurahannya yang berlipat-lipat ketika Ramadhan datang.

(Hal-30) Dalam kalimat yang indah, Ibnu Abbas ra melukiskan pribadi beliau,

“Nabi Saw adalah manusia yang paling pemurah, dan sifat murah hatinya semakin bertambah pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemuinya untuk mengajarkan Al Qur’an kepadanya. Dan biasanya jibril mendatanginya setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mengajarinya Al Qur’an. Sungguh, keadaan Rasulullah Saw ditemui Jibril sangat dermawan dalam kebaikan, melebihi angin yang berhembus.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Senin, 09 September 2024

Perahu Nuh

 

Perahu Nuh

Oleh: M Anis Matta

Perahu Nuh


Mereka mengejeknya. Mereka bilang itu pekerjaan yang sia-sia belaka. Mereka bilang tidak ada hajat sama sekali untuk membuat perahu. Lantas Mengapa? Mengapa nuh membuatnya? Tapi toh  tak bergeming. Ia tetap saja melanjutkan pekerjaannya. Ia bekerja dengan keyakinan penuh.

Mereka yang pandangan matanya pendek, selalu hanya melihat hujan yang turun di depan mata mereka. Mereka takkan sanggup melihat awan. Apalagi melihat bagaimana awan menyerap air bumi. 

Minggu, 08 September 2024

Lembah Ibrahim

 

Lembah Ibrahim

Oleh: M Anis Matta

 

Lembah Ibrahim

Enam milyar manusia yang menghuni bumi hari ini adalah turunan dari sekitar 12 pasang manusia yang tersisa dan selamat dalam perahu Nuh. Itu sedikit kuasa ilmu yang memberi Nuh kemampuan antisipasi terhadap musibah yang sedang mengancam. Dengan kuasa ilmu yang sama, kita membaca cerita tentang lembah Ibrahim.

Nama itu tak pernah ada. Sebab Qur’an memang tidak memberinya nama. Qur’an hanya menyebutkan ciri: lembah yang tidak ditumbuhi sedikitpun tumbuhan. Jadi anggap saja itu lembah Ibrahim. Itu lembah atau tanah datar yang kering dan gersang. Ke sanalah Ibrahim membawa istrinya, Hajar dan bayinya, Ismail. 

Sabtu, 07 September 2024

Keangkuhan yang Rapuh

 

Keangkuhan yang Rapuh

Oleh: M Anis Matta

Keangkuhan yang Rapuh
Keangkuhan yang Rapuh

Karena dunia, dalam benak kita sebagai manusia, adalah lukisan yang  tak selesai, maka selamanya cara pandang kita tentang dunia dan hidup kita akan kenaifan yang permanen. Dan itu akan selamanya akan menurun pada sikap-sikap kita yang juga naif. Sebab sikap-sikap kita adalah buah dari cara pandang  dan pemahaman kita tentang sesuatu.

Sekarang, walaupun kita hidup di tengah sebuah peradaban ilmu dan tehnologi yang canggih, akses yang tak terbatas pada sumber informasi yang juga tak terbatas, bahwa setiap hari kita dicekoki dengan doktrin bahwa pengetahuan adalah kekuasaan, dimana apa yang ada di alas bumi, di perut bumi, dan di angkasa sana, semuanya masuk wilayah penjelajahan ilmu pengetahuan manusia modern;

Senin, 02 September 2024

Seperti Apa Kita Ramadhan Ini ?

 

Seperti Apa Kita Ramadhan Ini ?

Oleh M Lili Nur Aulia

 

Seperti Apa Kita Ramadhan Ini ?
Seperti Apa Kita Ramadhan Ini ?

(Hal-15) Ramadhan, tamu mulia itu, akhirnya datang. Sujud syukur ke hadirat Allah Swt yang masih memberi kita umur untuk hidup di antara bulan suci ini. Nikmat yang harus disyukuri, tapi kesyukuran itu seharunya tidak berdiri sendiri, tapi langkah nyata mengisinya dengan memaksimalkan amal-amal shalih.

(Hal-16) Sayangnya, masih banyak kondisi dirinya memprihatinkan di saat Ramadhan datang. Berbagai alasan dikemukakan. Padahal, itu sangat merugikan kita sendiri.